Minggu, 18 Maret 2012

TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH



TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH
Kabilah-kabilah sebangsa Abs, Zubyan dan Banu Bakr serta mereka
yang membantunya dalam menyerang Medinah, setelah berakhir
dengan kehancuran yang memalukan, mereka bergabung kepada Tulaihah
bin Khuwailid al-Asadi. Kemudian kabilah-kabilah Tayyi', Gatafan,
Sulaim dan penduduk pedalaman yang berdekatan, yang terletak di
sebelah timur dan barat laut Medinah, juga ikut bergabung. Mereka
sernua mengatakan seperti yang dikatakan oleh Uyainah bin Hisn dan
kawan-kawannya dari Banu Fazarah: "Kami lebih menyukai nabi dari
kedua sekutu ini — maksudnya Asad dan Gatafan — daripada nabi dari
Kuraisy. Muhammad sudah mati, sedang Tulaihah masih hidup."
Mereka sudah yakin, bahwa Abu Bakr akan membuat persiapan dan
akan menggempur mereka juga. Tetapi mereka tetap mau mengadakan
perlawanan dan akan mengikuti Tulaihah, dengan memberontak kepada
kekuasaan Medinah, mempertahankan kebebasannya dan menolak menunaikan
zakat, yang mereka anggap sebagai upeti yang dibayar seorang
pengikut kepada yang diikutinya. Ketika itu Tulaihah tinggal di Samira',
kemudian pindah ke Buzakhah yang dikiranya lebih baik dan lebih kuat
sebagai tempat berperang.
Tulaihah mendakwakan diri nabi
Sesudah Rasulullah wafat Tulaihah tidak lagi mendakwakan diri
nabi. la melakukannya pada saat-saat terakhir dalam kehidu'pan Nabi.
Sama halnya dengan Aswad al-Ansi dan Musailimah. Seperti kedua
rekannya Aswad dan Musailimah yang juga mendakwakan diri nabi, ia
juga tidak mengajak masyarakat Arab kembali kepada penyembahan
berhala. Paganisma itu oleh Muhammad sudah dikikis habis dari negeri
Arab. Ajakan tauhid sudah meluas ke seluruh Semenanjung itu dan sudah
meresap begitu kuat dalam hati sehingga setiap orang merasa malu jika
masih berpikir tentang berhala dan menganggapnya sebagai impian kosong
saja. Tetapi mereka yang menganggap diri nabi itu mendakwakan bahwa
mereka juga menerima wahyu seperti yang diterima Muhammad, dan
malaikat datang kepada mereka dari langit seperti yang juga datang kepada
Muhammad. Di antara mereka ada pula yang berusaha meniru-niru
Qur'an, yang menurut khayalnya juga diwahyukan kepadanya. Beberapa
contoh sajak yang oleh sumber-sumber itu dihubungkan kepada mereka,
sukar sekali dapat kita pastikan kebenarannya. Suatu hal yang tak masuk
akal dan sukar dibayangkan bagaimana seseorang yang mendakwakan
diri nabi akan mau menyiarkannya kepada orang ramai atas namanya,
dan bagaimana pula orang akan menerimanya dan mengikutinya bila
igauan serupa dikatakan wahyu dan firman Tuhan semesta alam.
Dugaan Tulaihah menerima wahyu
Cukup kiranya kalau kita baca apa yang katanya bahwa Tulaihah
mendakwakan diri telah mendapat wahyu untuk membuat orang sangsi
bahwa ada orang yang berdakwah demikian mendapat banyak pengikut,
selanjutnya orang itu kemudian memegang peranan penting dalam Islam,
yang masih dicatat oleh sejarah sebagai saksi tentang beberapa peristiwa
perjuangan selama masa Umar bin Khattab. Di antara yang disebutkan
oleh sumber-sumber tentang Tulaihah yang mendakwakan diri
menerima wahyu itu kata-katanya ini (dalam bentuk sajak):
"Demi burung dara dan burung tekukur, demi burung pemangsa
yang kelaparan, yang sudah diburu sebelummu beberapa tahun, raja
kita pasti mengalahkan Irak dan Syam."
Kita sudah sering membaca mantra-mantra para dukun zaman jahiliah,
dan semua itu masih kita ingat, bahwa Kuraisy memerangi Muhammad
karena dia dikatakan seorang dukun dan bahwa yang diwahyukan
kepadanya itu semacam mantra ini. Orang yang pernah hidup sezaman
dengan Nabi sudah tahu benar, bahwa propaganda yang ditujukan kepada
Qur'an itu omong kosong. Di samping itu, buat semua orang dan buat
orang Arab jelas sekali sudah, bahwa Qur'an adalah mukjizat Muhammad,
yang tidak mungkin — baik manusia ataupun jin — akan mampu
membuat serupa itu sekalipun mereka masing-masing saling tolongmenolong.
Tulaihah dulu memang seorang dukun, sama seperti juga
Aswad. Tetapi adakah mantra yang katanya wahyu itu termasuk mantra
para dukun? Kalaupun benar demikian, artinya dukun-dukun itu termasuk
tukang-tukang sulap yang luar biasa, dan segala yang berasal dari mereka
itu adalah suatu kearifan, maka itulah yang telah merendahkan makna
kearifan. Benar tidaknya kata-kata itu konon berasal dari Tulaihah, berarti
kita diajak menyetujui pandangan yang dalam sejarah sendiri tak pernah
ada catatannya yang berarti buat kita. Apa yang sudah diceritakan kepada
kita, hanya bahwa dia tak dapat menerima adanya ketentuan rukuk
dan sujud dalam salat, dan katanya bahwa Allah tidak menyuruh orang
menyurukkan mukanya ke debu atau membungkukkan punggung dalam
salat. Kalaupun apa yang dikaitkan kepadanya itu benar, barangkali itu
diambil dari cara-cara sembahyang orang-orang Nasrani.
Sebenarnya penyebab sedikitnya peninggalan Tulaihah, Musailimah
dan yang semacamnya itu yang sampai kepada kita, itu sama dengan
penyebab sedikitnya pengetahuan kita tentang berhala-berhala itu. Kaum
Muslimin yang mula-mula sudah membuangnya dan tidak pernah memikirkan
akan mencatat atau menceritakan semua itn. Juga orang-orang
yang datang kemudian tidak menganggap perlu, kecuali jika dapat memperkuat
agama yang benar ini. Sudah sama-sama kita ketahui bahwa yang dicatat oleh kaum Muslimin
pada permulaan sejarah Islam itu hanya usaha Abu Bakr dalam
mengumpulkan Qur'an, sedang pengumpulan sunah dan hadis baru dilakukan
sesudah abad pertama Hijri. Orang-orang yang telah bekerja
untuk itu pun tidak sedikit mengalami kesulitan. Yang meringankan mereka
hanya karena dengan itu mereka sangat mengharapkan pahala dari Allah.
Melihat keadaan yang demikian, tidak heran bila cerita-cerita tentang
Tulaihah dan nabi-nabi palsu yang lain itu banyak yang kita sangsikan,
apalagi kalau cerita-cerita itu tidak cocok dengan yang biasa dikenal
mengenai tata nilai kehidupan orang Arab, di kota dan di pedalaman,
dan tidak pula sejalan dengan segala peristiwa yang ada hubungannya
dengan semua itu.
Perintah Muhammad memerangi kaum murtad
Sejak semasa Nabi masih hidup, Tulaihah di kabilah Banu Asad,
Aswad di Yaman dan Musailimah di Yamamah sudah mendakwakan diri
nabi. Muhammad telah mengutus Dirar bin Azwar kepada wakilnya di
Banu Asad dengan perintah menangani siapa saja yang murtad. Markas
Muslimin ketika itu di Waridat, sedang Tulaihah dan golongan bermarkas
di Samira'. Jumlah kaum Muslimin sudah bertambah banyak,
sebaliknya jumlah kaum murtad makin berkurang jumlahnya. Hal ini
karena tersiarnya berita-berita tentang kemenangan pihak Muslimin di
berbagai tempat, sehingga Dirar sudah bersiap-siap akan memerangi
Tulaihah, tetapi tampaknya sudah didahului oleh yang lain yang ingin
menghilangkan nabi palsu itu. Orang itu dibidik dengan senjata tetapi
luncas dan tidak mengenai sasaran. Orang-orang di sekitar Tulaihah
segera bergegas dan menyiarkan berita bahwa senjata itu tidak mempan
terhadap nabi mereka.
Sementara Muslimin sudah siap-siap akan menghadapi situasi itu,
tiba-tiba tersiar berita Rasulullah berpulang ke rahmatullah. Mereka jadi
gelisah dan jumlah mereka berkurang. Banyak di antara mereka yang
lari kepada Tulaihah menjadi pengikut dan pendukungnya. Setelah kedua
kabilah Abs dan Zubyan bergabung sesudah oleh Abu Bakr dihancurkan
di Zul-Qassah, keadaan mereka makin kuat dan mereka mengira
tak akan dapat dikalahkan.
Yang menambah lagi kekuatan Tulaihah karena beberapa kabilah
lain bergabung pula dengan Abs dan Zubyan. Soalnya karena antara
kabilah-kabilah Asad, Gatafan dan Tayyi' sudah mengadakan persekutuan
sejak zaman jahiliah, sebelum Rasulullah diutus. Kemudian Asad
dan Gatafan bersepakat menghadapi kabilah Tayyi' dan mengusirnya
dari kampung halamannya. Hubungan antara mereka terputus. Setelah
Rasulullah wafat Uyainah bin Hisn dari kabilah Fazarah berpidato di
hadapan Gatafan dengan mengatakan: "Aku tidak mengenai lagi perbatasan
Gatafan setelah kami putus dengan Banu Asad. Aku akan membaharui
persekutuan antara kita yang sudah ada sejak dulu itu dan kita
akan menjadi pengikut Tulaihah. Kami lebih menyukai nabi dari kedua
sekutu ini daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati, sedang
Tulaihah masih hidup." Pendapat Uyainah itu diikuti oleh golongannya.
Dengan masuknya mereka itu, kedudukan golongan murtad itu makin
kuat, sehingga kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah mereka lari
ke Medinah. Kabilah-kabilah itu berkumpul di Buzakhah. Mereka mengumumkan
kemurtadan dan perlawanan mereka terhadap kekuasaan Medinah.
Abu Bakr mulai mempersiapkan dan mengatur beberapa brigade dan
kemudian dikirim untuk menghadapi mereka serta kabilah-kabilah lain
di Semenanjung itu, dengan disertai surat mengingatkan mereka bahwa
mereka akan menghadapi perang jika tidak segera kembali ke pangkuan
Islam. Khalid bin Walid memang sudah diberi tugas menghadapi Tulaihah,
dan setelah itu untuk menghadapi Malik bin Nuwairah. Adakah ia disuruh
cepat-cepat berangkat untuk menghadapinya dan menghadapi kabilahkabilah
yang lain itu? Tidak! Abu Bakr malah mengumumkan bahwa
dia sendiri akan memimpin pasukan itu ke Khaibar untuk bergabung
dengan Khalid dan membantunya dalam menghadapi gerombolan-gerombolan murtad itu.
Politik Abu Bakr memecah-belah Tayyi' dengan sekutu-sekutunya
Abu Bakr kemudian minta kepada Adi bin Hatim — yang sudah
datang membawa zakat ke Medinah seperti disebutkan di atas — supaya
menemui kabilahnya, Tayyi' untuk mengingatkan akibat sikap mereka
yang berkeras dalam kemurtadannya itu. Khalid memang tidak langsung
berangkat ke Buzakhah, melainkan pergi ke Aja' dan dia mengumumkan
bahwa ia sedang menuju Khaibar untuk bergabung dengan pasukan
Khalifah, dan dari sana kedua pasukan itu bam kemudian akan bertolak
ke Buzakhah. Ketika Adi menyampaikan hal itu kepada kabilahnya,
berita itu sudah luas tersiar. Adi mengadakan perundingan dengan mereka agar kembali kepada
Islam dan bersama-sama dengan Abu Bakr dalam satu barisan. Tetapi
mereka menjawab: "Kita tidak akan menjadi pengikut Abul-Fasil." Abu
al-Fasil1 adalah julukan yang dipakai oleh lawan Abu Bakr untuk mengejeknya.
Ketika itu Adi berkata: "Mereka telah datang kepadamu dan akan
menistakan perempuan-perempuan kamu dan kamu akan menjulukinya
nanti dengan jantan besar. Terserah kepadamu sekalian." Disebutkan juga
jumlah orang dan perlengkapan Muslimin yang akan membuat mereka
gentar dengan diperlihatkan juga bahwa si Fasil itu ternyata memang
benar-benar jantan. Sebenarnya mereka tidak menyangsikan apa yang dikatakan Adi
itu. Abu Bakr memang sudah menumpas Abs dan Zubyan berikut pembela-
pembelanya ketika pasukan itu jauh dari dia di perbatasan Rumawi!
Buat apa mereka harus memerangi Abu Bakr, padahal yang diminta
oleh Adi hanya supaya mereka berpegang teguh pada agama seperti
pada masa Rasulullah! Maukah mereka begitu saja mempertaruhkan
diri, anak-anak dan istri-istri menghadapi Khalid yang sudah cukup terkenal
keras dan garang hanya untuk menggantikan Tulaihah dengan Abu
Bakr?!
Tayyi' melepaskan diri dari Tulaihah dan kembali kepada Islam
Hal ini mereka diskusikan dengan sesama mereka, yang akhirnya
disimpulkan bahwa apa yang dikatakan Adi itu benar; dia ikhlas dan
jujur dalam memberikati pendapat dan nasihat. Setelah menemui Adi
kembali mereka berkata: "Mari kita menemui pasukan itu dan tahan
jangan menyerang sebelum orang-orang kita yang menyusul ke Buzakhah
dapat kita keluarkan. Kalau kita menentang Tulaihah sementara
mereka masih di tangannya, mereka akan dibunuh dan disandera."
Adi merasa senang dengan sikap mereka itu. la segera kembali ke
Sunh dan setelah menemui Khalid ia berkata: "Khalid, tahan dulu sampai
tiga hari. Ada lima ratus prajurit akan bergabung dengan pasukanmu.
Kita akan sama-sama menghantam musuh. Ini tentu lebih baik daripada
kau cepat-cepat melemparkan mereka ke dalam api dan disibukkan oleh
mereka." Buat Khalid ini bukan tidak diketahui. Dia adalah pakar dan kenal
benar taktik perang. Bahwa keluarnya Tayyi' dari Tulaihah akan sangat
melemahkan dan membuat porak-poranda pihak lawan. Oleh karena itu
Khalid menahan diri selama tiga hari tidak berangkat. Sementara itu
Adi pun kembali ke kabilahnya. Ternyata mereka memang sudah mengirim
orang ke Buzakhah meminta bantuan pasukan untuk membantu
pasukan Muslimin sebelum mereka menyerang Tulaihah. Dengan senang
hati Tulaihah menerima alasan ini, dan mereka dibiarkan pergi ke Tayyi'.
Setelah dibicarakan dan didiskusikan pandangan Adi itu mereka
puas. Adi kembali membawa mereka yang sudah kembali ke pangkuan
Islam itu kepada Khalid. Sebelum Khalid berangkat ke Ansur hendak menemui kabilah Jadilah,
sekali lagi Adi mengambil kesempatan berbicara dengan dia:
"Kabilah Tayyi' itu seperti burung dan Jadilah salah satu sayap Tayyi'.
Beri aku waktu barang beberapa hari lagi, kalau-kalau Allah masih
akan menolong Jadilah."
Tanpa ragu lagi Khalid menyetujui permintaannya itu. Adi berangkat
menemui suku Jadilah. Sementara masih di tengah-tengah mereka ia
dibaiat. Kemudian ia kembali kepada Khalid bersama mereka yang sudah
kembali kepada Islam, dan mereka menyusul Muslimin yang terdiri dari
seribu anggota pasukan berkuda. Kalangan sejarawan menyebutkan:
Adi adalah manusia terbaik dan merupakan berkah terbesar yang dilahirkan
di bumi Tayyi'.
Tulaihah gigih mengadakan perlawanan
Cerita mengenai kabilah Tayyi' dan Jadilah ini sampai juga kepada
Tulaihah dan para pengikutnya di Buzakhah. Rasanya tidak perlu lagi
disebutkan, betapa berita-berita itu membuat semangat dan kekuatan
Tulaihah jadi menurun. Kendati begitu ia tetap gigih hendak mengada-
kan perlawanan biia diserang. Buat dia memang tak ada jalan lain daripada
itu, didampingi oleh Uyainah bin Hisn memimpin tujuh ratus orang
dari Fazarah. Dia sangat membenci Abu Bakr dan ingin sekali melumpuhkan
kekuasaan Muslimin. Dalam Perang Ahzab dulu Uyainah
inilah yang memimpin pasukan Fazarah. Ketika itu ia termasuk salah
satu dari tiga kavaleri yang berusaha hendak menyerang Medinah setelah
ada persetujuan antara Fazarah dengan Quraizah, dan dia juga
yang hendak menyerbu Medinah tak lama setelah pihak Ahzab jatuh.
Tetapi Rasulullah dapat menahan serangan mereka dan Uyainah ini yang
lari dikejar dalam ekspedisi Zu Qarad. Sekalipun kemudian ia masuk
Islam, tetapi masuk Islamnya karena menyerah kalah kepada kekuatan
yang sudah tak dapat dilawan. Namun setelah Rasulullah wafat, ia tidak
senang dengan kekuasaan Abu Bakr.
Sekalipun sudah ditinggalkan oleh Tayyi' dan Jadilah, Tulaihah tidak
akan mundur dari "kenabiannya," sebab dia tahu benar, bila ia mundur
Uyainah akan berbalik melawannya dan semua mereka yang di sekitarnya
akan memberontak dan nyawanya terancam. Biarlah dia bertahan,
dan dia akan menunggu Khalid dan pasukannya datang. Sesudah itu
biarlah terjadi apa yang akan terjadi.
Tiba saatnya sudah Khalid harus bergerak menghadapi golongan
murtad itu. Ia mengirim Ukkasyah bin Mihsan dan Sabit bin Aqram al-
Ansari sebagai perintis jalan. Keduanya termasuk pemuka dan pahlawan
Arab yang berani. Mereka bertemu dengan Hibal saudara1 Tulaihah dan
ia dibunuh. Mendengar dia dibunuh Tulaihah dan Salamah, saudaranya
yang seorang lagi, keluar memeriksa dan mencari berita lebih lanjut.
Salamah tidak menunda lagi ketika melihat Sabit, lalu dibunuhnya. Ukkasyah
bertahan menghadapi Tulaihah tetapi Tulaihah meminta bantuan
saudaranya, lalu Ukkasyah juga mereka bunuh. Setelah itu mereka kembali
ke tempat semula. Khalid datang dengan beberapa orang. Melihat kedua sahabat mereka
dibunuh, mereka sangat terharu. Kata mereka: "Dua orang pemimpin
dan pahlawan Muslim!" Melihat kesedihan sahabat-sahabatnya itu Khalid
mengambil sikap untuk tidak menghadapkan mereka kepada musuh
sebelum hati mereka tenang kembali. Karena itu ia mengajak mereka
berbelok ke Tayyi'. Ia meminta Adi memberikan siapa saja anak buahnya yang dapat dikerahkan.
 Pihak Muslimin melihat jumlah pasukannya
makin banyak dan dengan itu kekuatannya pun akan berlipat ganda.
Mereka senang hati berangkat perang. Khalid memimpin mereka ke
Buzakhah untuk menghancurkan Tulaihah tanpa menenggang-nenggang
dan maju-mundur lagi.
Tayyi' memerangi Qais
Kabilah-kabilah Qais dan Banu Asad sudah siap berperang di sekeliling
Tulaihah. Orang-orang Tayyi' yang bergabung dengan pasukan
Khalid berkata: Kita minta kepada Khalid, cukup menghadapi Qais saja,
sebab Banu Asad masih termasuk sekutu kami. Tetapi Khalid menjawab:
Qais tidak lebih lemah dari keduanya. Yang mana dari mereka
yang kamu sukai serbulah. Adi berkata: Kalau keluargaku terdekat
meninggalkan agama ini, pasti kuhadapi mereka. Akan mundurkah aku
menghadapi Banu Asad karena persekutuannya itu! Tidak, tidak akan
kulakukan! Khalid berkata: Memerangi keduanya juga suatu jihad. Janganlah,
kautentang pendapat kawan-kawanmu itu. Teruskan menghadapi
salah satunya, dan pimpinlah mereka menghadapi lawan yang lebih
kuat untuk diperangi. Dengan begitu Tayyi' akan menghadapi Qais, dan
Muslimin yang lain menghadapi Banu Asad.
Ketika itu yang akan memimpin pertempuran ialah Uyainah bin Hisn
di pihak Tulaihah, sementara Tulaihah sendiri tinggal dalam sebuah
rumah dari bulu berselubung kain guna membuat ramalan buat mereka.
Setelah terjadi pertempuran sengit dan Uyainah melihat kekuatan Khalid
dan Muslimin, ia kembali kepada Tulaihah menanyakan: 'Sudahkah Jibril
datang?' 'Belum,' jawab Tulaihah. Uyainah kembali dan terus bertempur
lagi. Begitu melihat pertempuran itu berkobar luar biasa, ia kembali
lagi kepada Tulaihah menanyakan: "Bagaimana? Jibril sudah datang?"
Tulaihah menjawab: "Belum juga." "Sampai kapan? Sudah cukup lama
kita menunggu!'" kata Uyainah.
Ketika ia kembali lagi ke medan pertempuran, pasukan berkuda
Khalid sudah hampir mengepungnya dan mengepung anak buahnya. Ketika
kembali lagi kepada Tulaihah dalam ketakutan ia mengulangi lagi pertanyaannya:
"Sudah datangkah Jibril?" "Ya, sudah." "Apa katanya?"
Tulaihah menjawab: "Dia berkata kepadaku: 'Kau punya pasukan unta
seperti pasukannya dan sebuah cerita yang tak terlupakan.'"
Tidak tahan mendengar igauan itu Uyainah berteriak mengatakan:
'Allah sudah tahu bahwa akan terjadi suatu cerita yang tak terlupakan!'
Kemudian ia berseru kepada golongannya: 'Hai Banu Fazarah, mari kita
tinggalkan dia. Dia pembohong!'
Mereka pun pergi berlarian. Ketika itu ada sebuah rombongan lewat,
mereka berseru kepada Tulaihah: "Apa yang kauperintahkan kepada
kami?!" Waktu itu Tulaihah sedang menyiapkan kudanya dan seekor unta
untuk istrinya, Nawar. Begitu melihat orang banyak mendatanginya dan
memanggil-manggilnya, langsung ia menaiki kudanya dan membawa
serta istrinya. Dengan demikian ia dan istrinya menyelamatkan diri,
sambil berkata: "Barang siapa di antara kamu dapat berbuat seperti aku
dan dapat menyelamatkan diri dan keluarganya, lakukanlah!"
Hancurnya Tulaihah dan pasukannya. Lari ke Syam dan kembali
kepada Islam
Demikianlah perlawanan nabi palsu yang ditujukan kepada Abu Bakr
itu berakhir. Bahkan sekaligus usahanya mengaku-aku nabi juga berakhir.
Dia lari ke Syam dan mereka yang dulu mengatakan dia nabi kini
mendustakannya. Kemudian ia mengambil tempat di Kalb dan menetap
di sana. Kemudian ia kembali ke pangkuan Islam setelah diketahuinya
bahwa kabilah-kabilah yang dulu menjadi pengikutnya telah kembali kepada
agama yang benar itu. Setelah itu ia melakukan umrah ke Mekah
semasa Khalifah Abu Bakr itu juga. Bila ia menyusuri pinggiran kota
Medinah, ada orang yang menyampaikan kepada Abu Bakr tentang
tempatnya itu, tetapi Abu Bakr mengatakan: "Akan kuapakan dia? Biarkan
dia bebas. Allah sudah memberinya petunjuk kembali kepada Islam."
Setelah kemudian Umar bin Khattab menjadi Khalifah, Tulaihah
datang dan ikut membaiatnya. Tetapi Umar masih menegurnya: "Kau
sudah membunuh Ukkasyah dan Sabit! Aku samasekali tidak menyukaimu!"
"Amirulmukminin," kata Tulaihah, "Anda jangan risau karena dua
orang yang sudah mendapat kehormatan dari Allah melalui tanganku
ini, tetapi Allah tidak memberiku yang demikian melalui tangan mereka."
Umar menerima pembaiatannya itu. Kemudian katanya menanyakan:
"Benar-benar penipuan. Sekarang apa lagi yang masih tinggal dari
kedukunanmu itu?""Sekali atau dua kali hembusan saja lagi."
Kemudian ia kembali ke golongannya dan tinggal bersama mereka.
Tetapi akhirnya tiba saatnya, ia juga ikut bertempur mati-matian bersama
Muslimin yang lain dalam melawan Irak.
Khalid terus menumpas kaum murtad dan pembangkang
Setelah Uyainah bin Hisn pergi bersama kabilahnya Banu Fazarah
dia mengumumkan di depan semua orang bahwa Tulaihah adalah pembohong,
dan Tulaihah sudah lari membawa istrinya Nawar dengan menasihati orang supaya juga lari.
Adakah itu pertentangan terakhir antara
Khalid bin Walid dengan kabilah-kabilah yang di pihak Tulaihah, dan
antara dia dengan kabilah-kabilah yang murtad di timur laut Semenanjung?
Kadang itu masih terlintas dalam pikiran, apalagi bila kita tahu bahwa
Banu Asad kelompok Tulaihah itu sudah kembali kepada Islam dan
tak ada dari mereka yang jatuh korban. Tetapi sebenarnya Khalid masih
bermarkas di Buzakhah selama sebulan penuh. Dia terus membersihkan
sisa-sisa anggota kabilah yang terpencar-pencar, yang masih murtad.
Juga mereka yang bergabung dan membantu Umm Ziml dalam mengadakan
pemurtadan dan pembangkangan terhadap Abu Bakr — termasuk
orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin dengan melakukan
pembunuhan. Mereka yang membangkang kepada Khalifah, seperti
Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu Syajrah bin Abdul
Uzza as-Sulami dikirim ke Medinah sebagai tawanan sambil menunggu
keputusan dari Abu Bakr.
Sebabnya sisa-sisa kaum murtad bertahan
Sebelum kita sampai kepada Umm Ziml dan kaum murtad lainnya
dari sisa-sisa pasukan Tulaihah yang terpencar-pencar itu, baik juga
kita berhenti sebentar sambil bertanya-tanya: Mengapa mereka tidak
kembali kepada Islam seperti yang dilakukan oleh Banu Asad, kabilah
Tulaihah, dan mengumumkan kembalinya itu kepada semua orang? Setelah
terbukti kebohongan Tulaihah, tidakkah terpikir oleh mereka akan
menjadi orang yang beriman kepada kenabian dan risalah Muhammad?
Atas pertanyaan di atas sudah kita kemukakan jawabannya. Orangorang
Arab itu kebanyakan hanya tunduk kepada kenabian Muhammad,
bukan beriman kepada kenabian itu. Di antara mereka sebenarnya memang
banyak yang melihat beribadah kepada berhala-berhala itu sebagai
suatu ironi dan sudah mereka tinggalkan; dan mereka beribadah kepada
Tuhan Yang Mahaesa. Tetapi menurut anggapan mereka, ketentuan-ketentuan
yang sudah diwajibkan oleh Muhammad konsekuensinya tidak
memuaskan. Mereka menganggap bahwa mereka berhak melepaskan
diri dari segala kewajiban itu. Hal ini mereka nyatakan terus teiang
kepada Abu Bakr, seperti soal zakat, sebab dalam hati mereka kecintaan
kepada harta jauh lebih kuat daripada apa pun yang lain. Mereka
akan tetap dalam Islam asal saja dibebaskan dari kewajiban salat dan kewajiban-
kewajiban lain yang ditentukan oleh Islam. Mereka mengikuti
Tulaihah, mengikuti Musailimah dan yang lain, tak lain karena ingin
meninggalkan segala yang diwajibkan Islam kepada mereka. Kalau mereka
tetap bertahan sesudah Tulaihah lari dan ingin menghadapi Khalid, soalnya
karena mereka masih mengharapkan kemenangan yang akan membuat
Abu Bakr nanti mau berkompromi dengan mereka untuk melepaskan
beberapa kewajiban itu. Dengan demikian segala yang mereka harapkan
dulu dengan mengikuti ajakan Tulaihah tercapai.
Di samping itu masih ada sebab lain yang erat sekali hubungannya
dengan kejiwaan atau sikap mental orang-orang badui dan orang-orang
Arab pedalaman dan sebangsanya itu, sehingga kendati Tulaihah sudah
lari mereka tidak membubarkan diri. Sejak masa Rasulullah dulu sudah
ada keretakan lama antara mereka dengan kaum Muhajirin dan Ansar
yang seolah sudah terlupakan. Setelah mereka dikalahkan dan tunduk
kepada kekuasaan Rasulullah, pura-pura mereka menerima dengan senang
hati. Tetapi seperti umumnya orang yang sudah kalah, mereka menerima
terpaksa. Begitu dilihat ada kesempatan untuk membalas, kesempatan
demikian tidak akan mereka sia-siakan. Kesempatan ini mengingatkan
mereka pada peristiwa perang Ahzab dan perang Khandaq dulu. Ketika
itu Medinah sudah hampir kemasukan pihak Ahzab kalau tidak tiba-tiba
datang angin badai yang menerjang keras sekali menyebabkan mereka
lari ketakutan. Sekali ini mereka mendapat kesempatan untuk membalas dendam
dengan jalan terus gigih menghadapi Khalid, kalau-kalau mereka mendapat
nasib lebih baik daripada masa Muhammad dulu, dan kalau-kalau
kebebasan pribadi yang menjadi kedambaan orang-orang pedalaman itu
dapat mereka peroleh kembali setelah dengan itu mereka merasa
kehilangan gengsi. Sekiranya gerakan semua kabilah itu didorong oleh emosi sebagai
orang-orang badui itu, niscaya kedudukan Khalid dan sahabat-sahabatnya
akan terbentur juga. Tetapi kita sudah melihat bagaimana kabilah
Tayyi' dulu ikut bergabung kepada Tulaihah, kemudian setelah diajak
bicara oleh Adi bin Hatim mereka kembali kepada Islam, dan bergabung
dengan Khalid, bersama-sama dalam satu barisan. Kemudian sempat
mengganggu Tulaihah sehingga menimbulkan ketakutan dan berakhir
dengan kehancurannya. Peristiwa serupa kemudian terjadi juga setelah
Tulaihah hancur dan disusul oleh Uyainah bin Hisn dari Banu Fazarah.
Setelah itu Banu Amir, mereka mau murtad masih maju mundur, menunggu
apa yang akan terjadi dengan kabilah Qais dan Banu Asad.
Setelah oleh Khalid mereka dihancurkan dan mengalami nasib buruk,
Banu Amir itu berkata: "Kami masuk ke tempat kami tadi keluar."
Khalid kemudian membaiat mereka seperti yang sudah dilakukan
Banu Asad, Gatafan dan Tayyi' sebelumnya di Buzakhah. Kembalinya
mereka kepada Islam itu besar pengaruhnya terhadap kabilah-kabilah
lain, sama seperti ketika Tayyi' kembali kepada Islam berpengaruh juga
kepada Tulaihah dan mereka yang bergabung kepadanya.
Sikap keras Khalid terhadap para pembunuh Muslimin
Khalid telah mengambil sikap keras terhadap berbagai kabilah yang
telah membunuh Muslimin, dan sikap ini telah menimbulkan rasa gentar
dalam hati mereka. Ketika mengadakan perdamaian dengan pihak Gatafan,
Hawazin, Sulaim dan Tayyi', ia tak mau menerima mereka sebelum
orang-orang yang melakukan pembunuhan dan penganiayaan
terhadap kaum Muslimin yang hidup di tengah-tengah mereka selama
mereka masih murtad itu, dibawa serta. Setelah .mereka dibawa, para
pengikut itu dimaafkan, tetapi pemimpin-pemimpinnya, di antaranya
Qurrah bin Hubairah, diikat. Orang-orang yang telah memperlakukan
kaum Muslimin secara kejam dijatuhi hukuman berat dengan membakar
mereka lalu disungkurkan dari atas gunung ke dalam jurang, kemudian
ditindih dengan batu, untuk dijadikan contoh bagi yang lain. Kecuali
Qurrah bin Hubairah dan Uyainah bin Hisn dikirim kepada Abu Bakr
sebagai tawanan bersama-sama dengan tawanan-tawanan lain, disertai
sepucuk surat yang menyebutkan: "Banu Amir telah datang sesudah
tadinya menentang dan sudah kembali kepada Islam setelah maju mundur.
Tak seorang pun dari mereka yang sudah memerangi atau mengajak
damai yang saya terima sebelum mereka yang memusuhi Muslimin
dibawa. Mereka sudah saya bunuh, dan saya kirimkan Qurrah dan kawankawannya
kepada Anda."
Abu Bakr membenarkan tindakan Khalid
Abu Bakr tidak merasa kasihan terhadap mereka yang sudah dibunuh
oleh Khalid. Bahkan ia melihat mereka sebagai musuh-musuh Allah
dan Rasul-Nya dan musuh agama. Ia menulis kepada Khalid: "Semoga
Allah memberikan karunia yang lebih banyak kepadamu. Bertakwa dan
takutlah kepada Allah dalam segala hal. Allah bersama mereka yang
bertakwa dan mereka yang berbuat baik. Dalam urusan Allah, bersungguh-
sungguhlah dan jangan memberi hati kepada mereka. Orangorang
yang telah membunuhi Muslimin jangan ada yang lolos dari hukuman
mati dan hukuman berat secara terbuka. Dan barang siapa kaudapati
menentang ketentuan Allah atau merintanginya yang kaupandang lebih
baik dibunuh, bunuhlah." Itulah surat Abu Bakr, orang yang begitu lembut
hati, begitu halus perangainya, kecuali bila sudah melihat hal-hal yang
menimbulkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya.
Setelah Khalid menerima surat itu, ia meneruskan tindakan kekerasannya
yang sudah dimulainya itu. Ia tinggal di Buzakhah selama
sebulan sambil terus berusaha mencari orang-orang yang memusuhi Islam
dan kaum Muslimin. Di antara mereka ada yang dibakar, ada yang
dilemparkan dari puncak-puncak gunung dan ada yang dirajam dengan
batu.
Abu Bakr melindungi para tawanan yang dibawa ke Medinah
Tetapi dalam memperlakukan tawanan yang dibawa ke Medinah itu
Abu Bakr tidak sekeras Khalid dalam menjalankan kebijakannya. Kita
sudah melihat Uyainah bin Hisn serta dukungannya kepada Tulaihah
dan tindakannya membunuhi kaum Muslimin, lalu bersama-sama dengan
Qurrah dan tawanan yang lain dibawa ke Medinah dengan tangan diikat
ke leher. Ketika itu anak-anak Medinah menjolokkan batang daun kurma
sambil berkata kepadanya: Hai musuh Tuhan, kau jadi kafir sesudah
beriman! Lalu dijawab: Sebenamya aku tak pernah beriman kepada Allah.
Sungguhpun begitu oleh Abu Bakr ia diselamatkan dari hukuman mati.
Abu Bakr memperlakukannya demikian untuk menghindari bahayanya
dan bahaya Banu Fazarah yang akan melakukan segala kejahatan.
Kisah tentang Qurrah bin Hubairah dan Alqamah bin Ulasah
Sekembalinya dari Oman menuju Medinah, Amr bin As pernah
singgah kepada Qurrah bin Hubairah pemimpin Banu Amir. Dilihatnya
Qurrah dan anak buahnya sedang maju mundur akan murtad. Ketika Amr
akan meneruskan perjalanan Qurrah berbicara empat mata kepadanya:
He, orang-orang Arab pinggiran itu tidak senang kepada kamu sekalian
karena upeti itu. Kalau kalian dapat membebaskan mereka dari pengambilan
harta mereka, mereka akan setia dan patuh kepada kalian.
Kalau tidak, tak ada jalan lain mereka sepakat akan melawan kalian.
Tetapi Amr menjawab: Kau sudah berbalik jadi kafir, Qurrah?! Kau
mengancam dan menakut-nakuti kami dengan mereka itu? Ketika oleh
Khalid Qurrah dikirim ke Medinah sebagai tawanan dan dihadapkan kepada
Abu Bakr, ia berkata: Khalifah Rasulullah, saya seorang Muslim,
dan keislaman saya itu sudah disaksikan oleh Amr bin As. Ketika singgah
ke tempat saya, saya terima dia, saya hormati dan saya lindungi dia.
Abu Bakr memanggil Amr bin As dan menanyakan tentang Qurrah
serta apa yang dikatakannya itu. Oleh Amr diceritakan. Setelah menyinggung
soal zakat dan apa yang dikatakannya, Qurrah menyela sambil
mengatakan: Cukup! Tetapi Amr berkata: Tidak, akan saya ceritakan
semua yang kaukatakan. Selesai Amr menceritakan, Abu Bakr tersenyum
dan Qurrah diselamatkan dari hukuman mati.
Politik Abu Bakr memberi maaf itu bukan berarti suatu kelonggaran
atau ragu dari pihaknya, tetapi dimaksudkan untuk meredam segala
gejolak; tujuan untuk kebaikan Islam dan Muslimin. Di luar itu Abu
Bakr tidak mengenal sikap lemah jika sudah menyangkut soal risalah
Muhammad. Ketika itu Alqamah bin Ulasah dari Banu Kalb masuk Islam
kemudian murtad pada masa Rasulullah, kemudian ia bergabung
dengan Syam. Setelah Muhammad wafat, ia datang cepat-cepat dan
bermarkas di Banu Kalb. Bila beritanya itu sampai kepada Abu Bakr, ia
mengutus Qa'qa' bin Amr dengan perintah berangkat untuk menyerangnya,
kalau-kalau ia dapat membawahya atau membunuhnya, dengan
pesan: Ingat bahwa hati akan terobati bila sudah dituntaskan, dan berbuatlah
dengan caramu sendiri.
Qa'qa' berangkat dengan anak buahnya. Tetapi tidak berhasil menemui
orang itu, karena ia sudah lari. Istri, anak-anaknya serta mereka
yang tinggal di tempat itu semua kembali kepada Islam, dan mereka
tidak mau membantu Alqamah. Bagaimanapun juga, Alqamah kemudian
menemui Abu Bakr dan bertobat. Oleh Abu Bakr ia dilindungi dan
dibebaskan dari hukuman mati, sebab dia tidak memerangi dan tidak
melakukan pembunuhan terhadap kaum Muslimin.
Tetapi Abu Bakr tidak mau melindungi Fuja'ah Iyas bin Abd Yalail.
Orang ini sudah datang menemui Abu Bakr dan berkata:
"Berilah aku senjata dan tugaskan menghadapi siapa saja dari kaum
murtad." Ia diberi senjata dan diberi tugas seperti yang sudah ditentukan oleh
Abu Bakr. Tetapi senjata itu oleh Fuja'ah digunakan untuk menyerang
kabilah-kabilah Sulaim, Amir dan Hawazin, baik yang Muslim maupun
yang murtad, dan tidak sedikit dari kalangan Muslimin yang dibunuhnya.
Melihat yang demikian Abu Bakr mengirim Turaifah bin Hajiz
dalam satu pasukan untuk menyerang Fuja'ah dan kawan-kawannya,
yang kemudian berhasil menangkap dan membawanya sebagai tawanan.
Abu Bakr memerintahkan memasang api di Baqi' dengan kayu yang
sebanyak-banyaknya. Orang itu kemudian dilemparkan ke dalamnya
dan ia mati terbakar. Sekiranya Fuja'ah tidak sampai membunuhi Muslimin,
niscaya ia tidak akan mengalami kematian yang begitu kejam,
dan karena kejamnya itu pula Abu Bakr kemudian hari merasa menyesal:
sekiranya yang demikian itu tidak terjadi.
Sebelum menyudahi bagian ini dengan peristiwa Umm Ziml, kita
ingin membawa kisah Abu Syajrah bin Abdul Uzza, yang peristiwanya
hampir sama dengan kejadian pada Uyainah, Qurrah dan Alqamah di
atas. Abu Syajrah ini anak Khansa', penyair perempuan yang cukup
terkenal karena sajak-sajak eleginya atau ratapannya terhadap kematian
saudaranya, Sakhr. Orang ini juga seorang penyair dan menggabungkan
diri dengan kaum murtad. Dengan sajak-sajaknya ia mengerahkan mereka
untuk memerangi Muslimin. Di antaranya ia mengatakan:
"Kutujukan tombakku kepada pasukan Khalid, sesudah itu aku
berharap masih akan panjang umur."
Setelah usahanya hendak mengerahkan orang melawan Khalid tak
berhasil dan melihat orang justru kembali kepada Islam, dia pun akhirnya
kembali juga kepada Islam. Ia diterima oleh Abu Bakr dan dimaafkan
bersama dengan yang lain. Pada masa Umar menjadi Khalifah, Abu
Syajrah mendatanginya ketika Umar sedang membagi-bagikan sedekah
kepada fakir miskin. Dia berkata kepada Umar: "Amirulmukminin, saya
termasuk orang miskin." Siapa kau? tanya Umar. Setelah memperkenalkan
diri, Umar berkata: Hai kau musuh Tuhan! Kau yang berkata
hendak membidikkan tombakmu kepada Khalid dan kau masih ingin
panjang umur? Kepala orang itu oleh Umar dilecut dengan cambuk, yang
kemudian ia lari menuju untanya dan kembali kepada kabilahnya Banu Sulaim.

Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada Umm Ziml
Berita-berita sudah tersiar luas tentang Abu Bakr yang memaafkan
orang yang kembali kepada Islam setelah murtad itu. Kabilah-kabilah yang
tadinya begitu keras membela Tulaihah sudah makin reda, kemudian
mereka kembali kepada Islam setelah dikalahkan oleh Khalid. Tetapi
sisa-sisa pasukan dari Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin, mereka
bergabung dengan Umm Ziml Salma bint Malik dan mengikat suatu
perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan sampai mati
dalam menghadapi Khalid. Sudah tentu dendam lama yang ada pada
sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin — yang setelah kekalahan mereka
serta pengampunan yang telah diberikan oleh Abu Bakr tidak juga dapat
meredakan — itulah yang mendorong orang yang putus asa bergabung
dan membuat perjanjian mengadakan perlawanan. Kalau bukan karena
dendam yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan yang
membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan kebohongannya terbongkar?
Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin
yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun silam.
Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung dengan Umm Ziml dan
dendam bersama itulah yang kemudian dijadikan panji dan benderanya.
Siapa Umm Ziml
Umm Ziml ini anak perempuan Umm Qirfah yang terbimuh pada
masa Nabi dengan mengerikan sekali. Zaid bin Harisah ketika itu sedang
berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak buahnya
yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa langsung
ke Medinah. Setelah sembuh oleh Rasulullah ia dikirim kembali kepada
Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh, lukaluka
dan tertawan dari pihak lawan. Umm Qirfah Fatimah bint Badr ini
termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama, dialah
yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu. Setelah perempuan
itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi pembunuhan itu
dilakukan secara kasar. Konon katanya kakinya diikatkan pada unta
kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan sehingga
dia sobek. Anaknya, Umm Ziml ditawan yang oleh Aisyah Ummulmukminin
kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia
pulang kembali ke kabilahnya. Tetapi kematian ibunya tetap terbayang
di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk menuntut balas. Setelah
terjadi Perang Riddah, ia juga menjadi murtad, dan dalam mengadakan
balas dendam, untuk memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah yang
masih berserakan ikut pula membantunya.
Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati dan
mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn dan istri
Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi kebanggaan Banu Fazarah.
Kalau ia mau menjarah kabilah lain ia pergi dengan seekor unta memelopori
kaumnya di depan. Setelah ia mati untanya di tangan Umm Ziml.
Kedudukan anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama dengan
kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah memerangi
Abu Bakr dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia berangkat dengan
mengerahkan dan membakar semangat mereka untuk bersama-sama
memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya orang-orang gelandangan,
sehingga mereka merupakan sebuah kelompok besar dan kuat. Melihat
keadaan ini, Khalid yang memang mengintai kaum pembangkang sambil
mengumpulkan zakat dan berusaha menenteramkan keadaan itu, sekarang
harus berangkat menghadapi mereka.
Khalid memerangi Umm Ziml
Pertempuran sengit sekarang terjadi antara kedua pihak. Umm Ziml
di atas untanya membakar semangat para pengikutnya agar terus bertempur,
dan mereka pun menerjang maju tak peduli lagi, sehingga ada
beberapa rumah mereka yang hancur samasekali. Khalid melihat keberanian
dan kekukuhan perempuan ini memang luar biasa dengan terus
memeranginya mati-matian, sehingga ia menyediakan seratus ekor unta
bagi siapa yang dapat menusuk untanya. Pasukan berkuda Muslimin maju
ke arah perempuan itu. Tetapi ternyata ia dikelilingi oleh orang-orang
yang kuat-kuat yang sudah bersedia mati untuk melindunginya. Sementara
itu sudah ada seratus orang yang mati di sekitar untanya itu sebelum
pasukan berkuda Muslimin mencapai tempat tersebut. Setelah
kemudian mereka sampai ke tempat itu, untanya berhasil dilumpuhkan
dan perempuan itu terbunuh. Dengan demikian kekacauan segera dapat
diatasi. Memang banyak orang yang terpesona melihat kekuatan dan
keberaniannya serta upayanya mengerahkan orang.
Begitu sisa-sisa kabilah itu melihat unta Umm Ziml dilumpuhkan
dan perempuan itu terbunuh, mereka patah semangat dan segera ceraiberai,
dan tanpa melihat kanan-kiri lagi mereka lari lintang pukang.
Dengan demikian api fitnah itu dapat dipadamkan dan pembangkangan
kaum murtad di timur laut Semenanjung dapat dilumpuhkan. Apa pula
yang akan mereka tunggu sekarang sesudah pemimpin-pemimpin mereka
sudah habis semua berantakan!
Kaum murtad setelah hancurnya Tulaihah dan pengikut-pengikutnya
Belum cukupkah teladan yang diperlihatkan oleh Abu Bakr buat
orang-orang Arab di seluruh Semenanjung itu untuk kembali kepada Islam?
Mereka sudah melihat sendiri pasukannya menuju ke arah mereka
dari segenap penjuru, dan setiap brigade akan berangkat ke mana saja
diperintahkan oleh Khalifah Rasulullah. Mereka sudah mendengar beritaberita
tentang Khalid bin Walid dan sudah tahu pula nasib Tulaihah.
Sungguhpun begitu, mereka masih belum mau tunduk juga. Yang mereka
lihat hanya kabilah Kuraisy yang mengibarkan benderanya dan menguasai
orang-orang Arab itu. Kenapa tidak pada setiap kabilah ada
seorang nabi yang.dapat menolak Kuraisy, kalaupun tidak akan mengibarkan
benderanya di semua kabilah?!
Kabilah-kabilah itu sudah lupa, juga mereka yang mendakwakan diri
nabi lupa, bahwa Muhammad yang dari Kuraisy itu mengajak mereka
kepada agama Allah, bukan menginginkan kekuasaan, tidak mengharapkan
balasan dan terima kasih sekalipun. Ia melaksanakan tugasnya atas
perintah Allah, dan selama sepuluh tahun ia sudah berjuang habishabisan.
Kerabatnya sendiri pun telah menyakitinya, Mekah seluruhnya
memusuhinya, nyawanya dan nyawa orang-orang yang menjadi pengikutnya
dalam bahaya selalu. Lawan-lawannya berkomplot hendak membunuhnya
dan kaumnya sendiri mengusirnya dari kampung halaman.
Dia pergi hijrah ke Medinah, sampai kelak Allah menghendaki agama-
Nya tersebar ke segenap kawasan itu, para utusan datang kepada Nabi
dari segenap penjuru menyatakan masuk Islam.
Mereka yang mendakwakan diri nabi lupa akan semua ini. Yang
terbayang oleh mereka, bahwa Muhammad telah mencapai tujuannya
dengan mudah. Juga mereka lupa, bahwa Muhammad mencapai itu
dengan mengajak orang kepada kebenaran, sedang mereka mendakwakan
diri nabi dengan jalan kepalsuan dan kebohongan. Oleh karena itu
Abu Bakr tidak cukup hanya membersihkan Semenanjung bagian utara
dari noda murtad, supaya mereka kembali kepada kesadaran. Tetapi
penduduk selatan lalu menyombongkan diri dengan melakukan perbuatan
dosa, mempertahankan permusuhan lama antara mereka dengan pihak
Hijaz. Kenangan mereka pada peperangan-peperangan yang dulu juga,
yang pernah dimenangkan oleh nenek moyang. Tetapi bila mereka masih
tetap keras kepala mau bertahan dengan kemurtadannya, maka tak ada
jalan lain harus dikembalikan kepada Islam, atau dengan mempertahankan
cara hidup mereka itu, mereka akan hidup hina.
Kalau begitu, berarti Khalid harus pindah dari Buzakhah ke Butah,
dan setelah itu pindah lagi ke Yamamah. Sudah menjadi suratan takdir
juga bahwa pedang Khalid-lah yang harus mengembalikan kaum murtad
itu kepada kebenaran. Dan apa yang sudah ditakdirkan, pasti terjadi
juga.
Banu Tamim dan perkampungannya
 Letak perkampungan Banu Tamim berdekatan dengan Banu Amir ke
arah selatan, berseberangan dengan Medinah dari arah timur yang
membentang ke arah Teluk Persia, dan di bagian timur laut bersambung
dengan muara sungai Furat (Euphrate). Pada zaman jahiliah dan pada
masa Nabi, Banu Tamim ini menduduki tempat terhormat, karena keberanian
dan kemurahan hatinya yang sudah menjadi ciri khasnya serta
keunggulan kaum lelakinya sebagai pahlawan dan penyair. Sejarah sudah
mencatat peristiwa-peristiwa penting yang diperankan oleh cabang-cabang
kabilah ini, seperti Banu Hanzalah, Darim, Banu Malik dan Banu Yarbu',
yang selanjutnya dapat dibaca dalam buku-buku sastra dan biografi yang
ditulis oleh para sejarawan terkemuka.
Keberatan menunaikan zakat pada masa Nabi
Hubungan para kabilah itu dengan muara Furat dan Teluk Persia
menyebabkan saling berpindahnya penduduk Semenanjung dengan penduduk
Irak, dan yang menyebabkan juga adanya hubungan mereka dengan
Persia. Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka yang kemudian menganut
agama Nasrani meskipun sebagian besar masih tetap menyembah
berhala. Setelah Islam tersebar di kalangan mereka, mereka tetap berpegang
pada kebebasan mereka sendiri — hati belum senang menerimanya.
Oleh karena itu mereka merupakan kabilah yang memelopori
penolakan membayar zakat tatkala Rasulullah mengutus para pemungut
zakat ke tempat itu. Banu Anbar dari cabang kabilah Tamim cepatcepat
mengambil panah dan pedang ketika didatangi oleh pengumpul
zakat 'usyr. Setelah Uyainah bin Hisn berangkat atas perintah Nabi. Di antara
mereka itu ada yang dibunuh dan ditawan. Sebuah delegasi yang terdiri



Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada Umm Ziml

Tidak ada komentar:

Posting Komentar