TULAIHAH DAN EKSPEDISI BUZAKHAH
Kabilah-kabilah sebangsa Abs, Zubyan dan Banu Bakr serta
mereka
yang membantunya dalam menyerang Medinah, setelah berakhir
dengan kehancuran yang memalukan, mereka bergabung kepada
Tulaihah
bin Khuwailid al-Asadi. Kemudian kabilah-kabilah Tayyi',
Gatafan,
Sulaim dan penduduk pedalaman yang berdekatan, yang terletak
di
sebelah timur dan barat laut Medinah, juga ikut bergabung.
Mereka
sernua mengatakan seperti yang dikatakan oleh Uyainah bin
Hisn dan
kawan-kawannya dari Banu Fazarah: "Kami lebih menyukai
nabi dari
kedua sekutu ini — maksudnya Asad dan Gatafan — daripada
nabi dari
Kuraisy. Muhammad sudah mati, sedang Tulaihah masih
hidup."
Mereka sudah yakin, bahwa Abu Bakr akan membuat persiapan
dan
akan menggempur mereka juga. Tetapi mereka tetap mau
mengadakan
perlawanan dan akan mengikuti Tulaihah, dengan memberontak
kepada
kekuasaan Medinah, mempertahankan kebebasannya dan menolak
menunaikan
zakat, yang mereka anggap sebagai upeti yang dibayar seorang
pengikut kepada yang diikutinya. Ketika itu Tulaihah tinggal
di Samira',
kemudian pindah ke Buzakhah yang dikiranya lebih baik dan
lebih kuat
sebagai tempat berperang.
Tulaihah mendakwakan diri nabi
Sesudah Rasulullah wafat Tulaihah tidak lagi mendakwakan
diri
nabi. la melakukannya pada saat-saat terakhir dalam
kehidu'pan Nabi.
Sama halnya dengan Aswad al-Ansi dan Musailimah. Seperti
kedua
rekannya Aswad dan Musailimah yang juga mendakwakan diri
nabi, ia
juga tidak mengajak masyarakat Arab kembali kepada
penyembahan
berhala. Paganisma itu oleh Muhammad sudah dikikis habis
dari negeri
Arab. Ajakan tauhid sudah meluas ke seluruh Semenanjung itu
dan sudah
meresap begitu kuat dalam hati sehingga setiap orang merasa
malu jika
masih berpikir tentang berhala dan menganggapnya sebagai
impian kosong
saja. Tetapi mereka yang menganggap diri nabi itu
mendakwakan bahwa
mereka juga menerima wahyu seperti yang diterima Muhammad,
dan
malaikat datang kepada mereka dari langit seperti yang juga
datang kepada
Muhammad. Di antara mereka ada pula yang berusaha
meniru-niru
Qur'an, yang menurut khayalnya juga diwahyukan kepadanya.
Beberapa
contoh sajak yang oleh sumber-sumber itu dihubungkan kepada
mereka,
sukar sekali dapat kita pastikan kebenarannya. Suatu hal
yang tak masuk
akal dan sukar dibayangkan bagaimana seseorang yang
mendakwakan
diri nabi akan mau menyiarkannya kepada orang ramai atas
namanya,
dan bagaimana pula orang akan menerimanya dan mengikutinya
bila
igauan serupa dikatakan wahyu dan firman Tuhan semesta alam.
Dugaan Tulaihah menerima wahyu
Cukup kiranya kalau kita baca apa yang katanya bahwa
Tulaihah
mendakwakan diri telah mendapat wahyu untuk membuat orang
sangsi
bahwa ada orang yang berdakwah demikian mendapat banyak
pengikut,
selanjutnya orang itu kemudian memegang peranan penting
dalam Islam,
yang masih dicatat oleh sejarah sebagai saksi tentang
beberapa peristiwa
perjuangan selama masa Umar bin Khattab. Di antara yang
disebutkan
oleh sumber-sumber tentang Tulaihah yang mendakwakan diri
menerima wahyu itu kata-katanya ini (dalam bentuk sajak):
"Demi burung dara dan burung tekukur, demi burung
pemangsa
yang kelaparan, yang sudah diburu sebelummu beberapa tahun,
raja
kita pasti mengalahkan Irak dan Syam."
Kita sudah sering membaca mantra-mantra para dukun zaman
jahiliah,
dan semua itu masih kita ingat, bahwa Kuraisy memerangi
Muhammad
karena dia dikatakan seorang dukun dan bahwa yang diwahyukan
kepadanya itu semacam mantra ini. Orang yang pernah hidup
sezaman
dengan Nabi sudah tahu benar, bahwa propaganda yang
ditujukan kepada
Qur'an itu omong kosong. Di samping itu, buat semua orang
dan buat
orang Arab jelas sekali sudah, bahwa Qur'an adalah mukjizat
Muhammad,
yang tidak mungkin — baik manusia ataupun jin — akan mampu
membuat serupa itu sekalipun mereka masing-masing saling tolongmenolong.
Tulaihah dulu memang seorang dukun, sama seperti juga
Aswad. Tetapi adakah mantra yang katanya wahyu itu termasuk
mantra
para dukun? Kalaupun benar demikian, artinya dukun-dukun itu
termasuk
tukang-tukang sulap yang luar biasa, dan segala yang berasal
dari mereka
itu adalah suatu kearifan, maka itulah yang telah
merendahkan makna
kearifan. Benar tidaknya kata-kata itu konon berasal dari
Tulaihah, berarti
kita diajak menyetujui pandangan yang dalam sejarah sendiri
tak pernah
ada catatannya yang berarti buat kita. Apa yang sudah
diceritakan kepada
kita, hanya bahwa dia tak dapat menerima adanya ketentuan
rukuk
dan sujud dalam salat, dan katanya bahwa Allah tidak
menyuruh orang
menyurukkan mukanya ke debu atau membungkukkan punggung
dalam
salat. Kalaupun apa yang dikaitkan kepadanya itu benar,
barangkali itu
diambil dari cara-cara sembahyang orang-orang Nasrani.
Sebenarnya penyebab sedikitnya peninggalan Tulaihah,
Musailimah
dan yang semacamnya itu yang sampai kepada kita, itu sama
dengan
penyebab sedikitnya pengetahuan kita tentang berhala-berhala
itu. Kaum
Muslimin yang mula-mula sudah membuangnya dan tidak pernah
memikirkan
akan mencatat atau menceritakan semua itn. Juga orang-orang
yang datang kemudian tidak menganggap perlu, kecuali jika
dapat memperkuat
agama yang benar ini. Sudah sama-sama kita ketahui bahwa
yang dicatat oleh kaum Muslimin
pada permulaan sejarah Islam itu hanya usaha Abu Bakr dalam
mengumpulkan Qur'an, sedang pengumpulan sunah dan hadis baru
dilakukan
sesudah abad pertama Hijri. Orang-orang yang telah bekerja
untuk itu pun tidak sedikit mengalami kesulitan. Yang
meringankan mereka
hanya karena dengan itu mereka sangat mengharapkan pahala
dari Allah.
Melihat keadaan yang demikian, tidak heran bila
cerita-cerita tentang
Tulaihah dan nabi-nabi palsu yang lain itu banyak yang kita
sangsikan,
apalagi kalau cerita-cerita itu tidak cocok dengan yang
biasa dikenal
mengenai tata nilai kehidupan orang Arab, di kota dan di
pedalaman,
dan tidak pula sejalan dengan segala peristiwa yang ada
hubungannya
dengan semua itu.
Perintah Muhammad memerangi kaum murtad
Sejak semasa Nabi masih hidup, Tulaihah di kabilah Banu
Asad,
Aswad di Yaman dan Musailimah di Yamamah sudah mendakwakan
diri
nabi. Muhammad telah mengutus Dirar bin Azwar kepada wakilnya
di
Banu Asad dengan perintah menangani siapa saja yang murtad.
Markas
Muslimin ketika itu di Waridat, sedang Tulaihah dan golongan
bermarkas
di Samira'. Jumlah kaum Muslimin sudah bertambah banyak,
sebaliknya jumlah kaum murtad makin berkurang jumlahnya. Hal
ini
karena tersiarnya berita-berita tentang kemenangan pihak
Muslimin di
berbagai tempat, sehingga Dirar sudah bersiap-siap akan
memerangi
Tulaihah, tetapi tampaknya sudah didahului oleh yang lain
yang ingin
menghilangkan nabi palsu itu. Orang itu dibidik dengan
senjata tetapi
luncas dan tidak mengenai sasaran. Orang-orang di sekitar
Tulaihah
segera bergegas dan menyiarkan berita bahwa senjata itu
tidak mempan
terhadap nabi mereka.
Sementara Muslimin sudah siap-siap akan menghadapi situasi
itu,
tiba-tiba tersiar berita Rasulullah berpulang ke
rahmatullah. Mereka jadi
gelisah dan jumlah mereka berkurang. Banyak di antara mereka
yang
lari kepada Tulaihah menjadi pengikut dan pendukungnya.
Setelah kedua
kabilah Abs dan Zubyan bergabung sesudah oleh Abu Bakr
dihancurkan
di Zul-Qassah, keadaan mereka makin kuat dan mereka mengira
tak akan dapat dikalahkan.
Yang menambah lagi kekuatan Tulaihah karena beberapa kabilah
lain bergabung pula dengan Abs dan Zubyan. Soalnya karena
antara
kabilah-kabilah Asad, Gatafan dan Tayyi' sudah mengadakan
persekutuan
sejak zaman jahiliah, sebelum Rasulullah diutus. Kemudian
Asad
dan Gatafan bersepakat menghadapi kabilah Tayyi' dan
mengusirnya
dari kampung halamannya. Hubungan antara mereka terputus.
Setelah
Rasulullah wafat Uyainah bin Hisn dari kabilah Fazarah
berpidato di
hadapan Gatafan dengan mengatakan: "Aku tidak mengenai
lagi perbatasan
Gatafan setelah kami putus dengan Banu Asad. Aku akan
membaharui
persekutuan antara kita yang sudah ada sejak dulu itu dan
kita
akan menjadi pengikut Tulaihah. Kami lebih menyukai nabi
dari kedua
sekutu ini daripada nabi dari Kuraisy. Muhammad sudah mati,
sedang
Tulaihah masih hidup." Pendapat Uyainah itu diikuti
oleh golongannya.
Dengan masuknya mereka itu, kedudukan golongan murtad itu
makin
kuat, sehingga kaum Muslimin yang berada di tengah-tengah
mereka lari
ke Medinah. Kabilah-kabilah itu berkumpul di Buzakhah.
Mereka mengumumkan
kemurtadan dan perlawanan mereka terhadap kekuasaan Medinah.
Abu Bakr mulai mempersiapkan dan mengatur beberapa brigade
dan
kemudian dikirim untuk menghadapi mereka serta
kabilah-kabilah lain
di Semenanjung itu, dengan disertai surat mengingatkan
mereka bahwa
mereka akan menghadapi perang jika tidak segera kembali ke
pangkuan
Islam. Khalid bin Walid memang sudah diberi tugas menghadapi
Tulaihah,
dan setelah itu untuk menghadapi Malik bin Nuwairah. Adakah
ia disuruh
cepat-cepat berangkat untuk menghadapinya dan menghadapi
kabilahkabilah
yang lain itu? Tidak! Abu Bakr malah mengumumkan bahwa
dia sendiri akan memimpin pasukan itu ke Khaibar untuk
bergabung
dengan Khalid dan membantunya dalam menghadapi
gerombolan-gerombolan murtad itu.
Politik Abu Bakr memecah-belah Tayyi' dengan sekutu-sekutunya
Abu Bakr kemudian minta kepada Adi bin Hatim — yang sudah
datang membawa zakat ke Medinah seperti disebutkan di atas —
supaya
menemui kabilahnya, Tayyi' untuk mengingatkan akibat sikap
mereka
yang berkeras dalam kemurtadannya itu. Khalid memang tidak
langsung
berangkat ke Buzakhah, melainkan pergi ke Aja' dan dia
mengumumkan
bahwa ia sedang menuju Khaibar untuk bergabung dengan
pasukan
Khalifah, dan dari sana kedua pasukan itu bam kemudian akan
bertolak
ke Buzakhah. Ketika Adi menyampaikan hal itu kepada
kabilahnya,
berita itu sudah luas tersiar. Adi mengadakan perundingan
dengan mereka agar kembali kepada
Islam dan bersama-sama dengan Abu Bakr dalam satu barisan.
Tetapi
mereka menjawab: "Kita tidak akan menjadi pengikut
Abul-Fasil." Abu
al-Fasil1 adalah julukan yang dipakai oleh lawan Abu Bakr
untuk mengejeknya.
Ketika itu Adi berkata: "Mereka telah datang kepadamu
dan akan
menistakan perempuan-perempuan kamu dan kamu akan
menjulukinya
nanti dengan jantan besar. Terserah kepadamu sekalian."
Disebutkan juga
jumlah orang dan perlengkapan Muslimin yang akan membuat mereka
gentar dengan diperlihatkan juga bahwa si Fasil itu ternyata
memang
benar-benar jantan. Sebenarnya mereka tidak menyangsikan apa
yang dikatakan Adi
itu. Abu Bakr memang sudah menumpas Abs dan Zubyan berikut
pembela-
pembelanya ketika pasukan itu jauh dari dia di perbatasan
Rumawi!
Buat apa mereka harus memerangi Abu Bakr, padahal yang
diminta
oleh Adi hanya supaya mereka berpegang teguh pada agama
seperti
pada masa Rasulullah! Maukah mereka begitu saja
mempertaruhkan
diri, anak-anak dan istri-istri menghadapi Khalid yang sudah
cukup terkenal
keras dan garang hanya untuk menggantikan Tulaihah dengan
Abu
Bakr?!
Tayyi' melepaskan diri dari Tulaihah dan kembali kepada Islam
Hal ini mereka diskusikan dengan sesama mereka, yang
akhirnya
disimpulkan bahwa apa yang dikatakan Adi itu benar; dia
ikhlas dan
jujur dalam memberikati pendapat dan nasihat. Setelah
menemui Adi
kembali mereka berkata: "Mari kita menemui pasukan itu
dan tahan
jangan menyerang sebelum orang-orang kita yang menyusul ke
Buzakhah
dapat kita keluarkan. Kalau kita menentang Tulaihah
sementara
mereka masih di tangannya, mereka akan dibunuh dan
disandera."
Adi merasa senang dengan sikap mereka itu. la segera kembali
ke
Sunh dan setelah menemui Khalid ia berkata: "Khalid,
tahan dulu sampai
tiga hari. Ada lima ratus prajurit akan bergabung dengan
pasukanmu.
Kita akan sama-sama menghantam musuh. Ini tentu lebih baik
daripada
kau cepat-cepat melemparkan mereka ke dalam api dan
disibukkan oleh
mereka." Buat Khalid ini bukan tidak diketahui. Dia
adalah pakar dan kenal
benar taktik perang. Bahwa keluarnya Tayyi' dari Tulaihah
akan sangat
melemahkan dan membuat porak-poranda pihak lawan. Oleh
karena itu
Khalid menahan diri selama tiga hari tidak berangkat.
Sementara itu
Adi pun kembali ke kabilahnya. Ternyata mereka memang sudah
mengirim
orang ke Buzakhah meminta bantuan pasukan untuk membantu
pasukan Muslimin sebelum mereka menyerang Tulaihah. Dengan
senang
hati Tulaihah menerima alasan ini, dan mereka dibiarkan
pergi ke Tayyi'.
Setelah dibicarakan dan didiskusikan pandangan Adi itu
mereka
puas. Adi kembali membawa mereka yang sudah kembali ke
pangkuan
Islam itu kepada Khalid. Sebelum Khalid berangkat ke Ansur
hendak menemui kabilah Jadilah,
sekali lagi Adi mengambil kesempatan berbicara dengan dia:
"Kabilah Tayyi' itu seperti burung dan Jadilah salah
satu sayap Tayyi'.
Beri aku waktu barang beberapa hari lagi, kalau-kalau Allah
masih
akan menolong Jadilah."
Tanpa ragu lagi Khalid menyetujui permintaannya itu. Adi
berangkat
menemui suku Jadilah. Sementara masih di tengah-tengah
mereka ia
dibaiat. Kemudian ia kembali kepada Khalid bersama mereka
yang sudah
kembali kepada Islam, dan mereka menyusul Muslimin yang
terdiri dari
seribu anggota pasukan berkuda. Kalangan sejarawan
menyebutkan:
Adi adalah manusia terbaik dan merupakan berkah terbesar
yang dilahirkan
di bumi Tayyi'.
Tulaihah gigih mengadakan perlawanan
Cerita mengenai kabilah Tayyi' dan Jadilah ini sampai juga
kepada
Tulaihah dan para pengikutnya di Buzakhah. Rasanya tidak
perlu lagi
disebutkan, betapa berita-berita itu membuat semangat dan
kekuatan
Tulaihah jadi menurun. Kendati begitu ia tetap gigih hendak
mengada-
kan perlawanan biia diserang. Buat dia memang tak ada jalan
lain daripada
itu, didampingi oleh Uyainah bin Hisn memimpin tujuh ratus
orang
dari Fazarah. Dia sangat membenci Abu Bakr dan ingin sekali
melumpuhkan
kekuasaan Muslimin. Dalam Perang Ahzab dulu Uyainah
inilah yang memimpin pasukan Fazarah. Ketika itu ia termasuk
salah
satu dari tiga kavaleri yang berusaha hendak menyerang
Medinah setelah
ada persetujuan antara Fazarah dengan Quraizah, dan dia juga
yang hendak menyerbu Medinah tak lama setelah pihak Ahzab
jatuh.
Tetapi Rasulullah dapat menahan serangan mereka dan Uyainah
ini yang
lari dikejar dalam ekspedisi Zu Qarad. Sekalipun kemudian ia
masuk
Islam, tetapi masuk Islamnya karena menyerah kalah kepada
kekuatan
yang sudah tak dapat dilawan. Namun setelah Rasulullah
wafat, ia tidak
senang dengan kekuasaan Abu Bakr.
Sekalipun sudah ditinggalkan oleh Tayyi' dan Jadilah,
Tulaihah tidak
akan mundur dari "kenabiannya," sebab dia tahu
benar, bila ia mundur
Uyainah akan berbalik melawannya dan semua mereka yang di
sekitarnya
akan memberontak dan nyawanya terancam. Biarlah dia
bertahan,
dan dia akan menunggu Khalid dan pasukannya datang. Sesudah
itu
biarlah terjadi apa yang akan terjadi.
Tiba saatnya sudah Khalid harus bergerak menghadapi golongan
murtad itu. Ia mengirim Ukkasyah bin Mihsan dan Sabit bin
Aqram al-
Ansari sebagai perintis jalan. Keduanya termasuk pemuka dan
pahlawan
Arab yang berani. Mereka bertemu dengan Hibal saudara1
Tulaihah dan
ia dibunuh. Mendengar dia dibunuh Tulaihah dan Salamah,
saudaranya
yang seorang lagi, keluar memeriksa dan mencari berita lebih
lanjut.
Salamah tidak menunda lagi ketika melihat Sabit, lalu
dibunuhnya. Ukkasyah
bertahan menghadapi Tulaihah tetapi Tulaihah meminta bantuan
saudaranya, lalu Ukkasyah juga mereka bunuh. Setelah itu
mereka kembali
ke tempat semula. Khalid datang dengan beberapa orang.
Melihat kedua sahabat mereka
dibunuh, mereka sangat terharu. Kata mereka: "Dua orang
pemimpin
dan pahlawan Muslim!" Melihat kesedihan
sahabat-sahabatnya itu Khalid
mengambil sikap untuk tidak menghadapkan mereka kepada musuh
sebelum hati mereka tenang kembali. Karena itu ia mengajak
mereka
berbelok ke Tayyi'. Ia meminta Adi memberikan siapa saja
anak buahnya yang dapat dikerahkan.
Pihak Muslimin
melihat jumlah pasukannya
makin banyak dan dengan itu kekuatannya pun akan berlipat
ganda.
Mereka senang hati berangkat perang. Khalid memimpin mereka
ke
Buzakhah untuk menghancurkan Tulaihah tanpa
menenggang-nenggang
dan maju-mundur lagi.
Tayyi' memerangi Qais
Kabilah-kabilah Qais dan Banu Asad sudah siap berperang di
sekeliling
Tulaihah. Orang-orang Tayyi' yang bergabung dengan pasukan
Khalid berkata: Kita minta kepada Khalid, cukup menghadapi
Qais saja,
sebab Banu Asad masih termasuk sekutu kami. Tetapi Khalid
menjawab:
Qais tidak lebih lemah dari keduanya. Yang mana dari mereka
yang kamu sukai serbulah. Adi berkata: Kalau keluargaku
terdekat
meninggalkan agama ini, pasti kuhadapi mereka. Akan
mundurkah aku
menghadapi Banu Asad karena persekutuannya itu! Tidak, tidak
akan
kulakukan! Khalid berkata: Memerangi keduanya juga suatu
jihad. Janganlah,
kautentang pendapat kawan-kawanmu itu. Teruskan menghadapi
salah satunya, dan pimpinlah mereka menghadapi lawan yang
lebih
kuat untuk diperangi. Dengan begitu Tayyi' akan menghadapi
Qais, dan
Muslimin yang lain menghadapi Banu Asad.
Ketika itu yang akan memimpin pertempuran ialah Uyainah bin
Hisn
di pihak Tulaihah, sementara Tulaihah sendiri tinggal dalam
sebuah
rumah dari bulu berselubung kain guna membuat ramalan buat
mereka.
Setelah terjadi pertempuran sengit dan Uyainah melihat
kekuatan Khalid
dan Muslimin, ia kembali kepada Tulaihah menanyakan:
'Sudahkah Jibril
datang?' 'Belum,' jawab Tulaihah. Uyainah kembali dan terus
bertempur
lagi. Begitu melihat pertempuran itu berkobar luar biasa, ia
kembali
lagi kepada Tulaihah menanyakan: "Bagaimana? Jibril
sudah datang?"
Tulaihah menjawab: "Belum juga." "Sampai
kapan? Sudah cukup lama
kita menunggu!'" kata Uyainah.
Ketika ia kembali lagi ke medan pertempuran, pasukan berkuda
Khalid sudah hampir mengepungnya dan mengepung anak buahnya.
Ketika
kembali lagi kepada Tulaihah dalam ketakutan ia mengulangi
lagi pertanyaannya:
"Sudah datangkah Jibril?" "Ya, sudah."
"Apa katanya?"
Tulaihah menjawab: "Dia berkata kepadaku: 'Kau punya
pasukan unta
seperti pasukannya dan sebuah cerita yang tak
terlupakan.'"
Tidak tahan mendengar igauan itu Uyainah berteriak
mengatakan:
'Allah sudah tahu bahwa akan terjadi suatu cerita yang tak
terlupakan!'
Kemudian ia berseru kepada golongannya: 'Hai Banu Fazarah,
mari kita
tinggalkan dia. Dia pembohong!'
Mereka pun pergi berlarian. Ketika itu ada sebuah rombongan
lewat,
mereka berseru kepada Tulaihah: "Apa yang
kauperintahkan kepada
kami?!" Waktu itu Tulaihah sedang menyiapkan kudanya
dan seekor unta
untuk istrinya, Nawar. Begitu melihat orang banyak
mendatanginya dan
memanggil-manggilnya, langsung ia menaiki kudanya dan
membawa
serta istrinya. Dengan demikian ia dan istrinya
menyelamatkan diri,
sambil berkata: "Barang siapa di antara kamu dapat
berbuat seperti aku
dan dapat menyelamatkan diri dan keluarganya,
lakukanlah!"
Hancurnya Tulaihah dan pasukannya. Lari ke Syam dan kembali
kepada Islam
Demikianlah perlawanan nabi palsu yang ditujukan kepada Abu
Bakr
itu berakhir. Bahkan sekaligus usahanya mengaku-aku nabi
juga berakhir.
Dia lari ke Syam dan mereka yang dulu mengatakan dia nabi
kini
mendustakannya. Kemudian ia mengambil tempat di Kalb dan
menetap
di sana. Kemudian ia kembali ke pangkuan Islam setelah
diketahuinya
bahwa kabilah-kabilah yang dulu menjadi pengikutnya telah
kembali kepada
agama yang benar itu. Setelah itu ia melakukan umrah ke
Mekah
semasa Khalifah Abu Bakr itu juga. Bila ia menyusuri pinggiran
kota
Medinah, ada orang yang menyampaikan kepada Abu Bakr tentang
tempatnya itu, tetapi Abu Bakr mengatakan: "Akan
kuapakan dia? Biarkan
dia bebas. Allah sudah memberinya petunjuk kembali kepada
Islam."
Setelah kemudian Umar bin Khattab menjadi Khalifah, Tulaihah
datang dan ikut membaiatnya. Tetapi Umar masih menegurnya:
"Kau
sudah membunuh Ukkasyah dan Sabit! Aku samasekali tidak
menyukaimu!"
"Amirulmukminin," kata Tulaihah, "Anda jangan
risau karena dua
orang yang sudah mendapat kehormatan dari Allah melalui
tanganku
ini, tetapi Allah tidak memberiku yang demikian melalui
tangan mereka."
Umar menerima pembaiatannya itu. Kemudian katanya
menanyakan:
"Benar-benar penipuan. Sekarang apa lagi yang masih
tinggal dari
kedukunanmu itu?""Sekali atau dua kali hembusan
saja lagi."
Kemudian ia kembali ke golongannya dan tinggal bersama
mereka.
Tetapi akhirnya tiba saatnya, ia juga ikut bertempur
mati-matian bersama
Muslimin yang lain dalam melawan Irak.
Khalid terus menumpas kaum murtad dan pembangkang
Setelah Uyainah bin Hisn pergi bersama kabilahnya Banu
Fazarah
dia mengumumkan di depan semua orang bahwa Tulaihah adalah
pembohong,
dan Tulaihah sudah lari membawa istrinya Nawar dengan menasihati
orang supaya juga lari.
Adakah itu pertentangan terakhir antara
Khalid bin Walid dengan kabilah-kabilah yang di pihak
Tulaihah, dan
antara dia dengan kabilah-kabilah yang murtad di timur laut
Semenanjung?
Kadang itu masih terlintas dalam pikiran, apalagi bila kita
tahu bahwa
Banu Asad kelompok Tulaihah itu sudah kembali kepada Islam
dan
tak ada dari mereka yang jatuh korban. Tetapi sebenarnya
Khalid masih
bermarkas di Buzakhah selama sebulan penuh. Dia terus
membersihkan
sisa-sisa anggota kabilah yang terpencar-pencar, yang masih
murtad.
Juga mereka yang bergabung dan membantu Umm Ziml dalam
mengadakan
pemurtadan dan pembangkangan terhadap Abu Bakr — termasuk
orang-orang yang memusuhi kaum Muslimin dengan melakukan
pembunuhan. Mereka yang membangkang kepada Khalifah, seperti
Qurrah bin Hubairah, Fuja'ah as-Sulami dan Abu Syajrah bin
Abdul
Uzza as-Sulami dikirim ke Medinah sebagai tawanan sambil
menunggu
keputusan dari Abu Bakr.
Sebabnya sisa-sisa kaum murtad bertahan
Sebelum kita sampai kepada Umm Ziml dan kaum murtad lainnya
dari sisa-sisa pasukan Tulaihah yang terpencar-pencar itu,
baik juga
kita berhenti sebentar sambil bertanya-tanya: Mengapa mereka
tidak
kembali kepada Islam seperti yang dilakukan oleh Banu Asad,
kabilah
Tulaihah, dan mengumumkan kembalinya itu kepada semua orang?
Setelah
terbukti kebohongan Tulaihah, tidakkah terpikir oleh mereka
akan
menjadi orang yang beriman kepada kenabian dan risalah
Muhammad?
Atas pertanyaan di atas sudah kita kemukakan jawabannya.
Orangorang
Arab itu kebanyakan hanya tunduk kepada kenabian Muhammad,
bukan beriman kepada kenabian itu. Di antara mereka
sebenarnya memang
banyak yang melihat beribadah kepada berhala-berhala itu
sebagai
suatu ironi dan sudah mereka tinggalkan; dan mereka
beribadah kepada
Tuhan Yang Mahaesa. Tetapi menurut anggapan mereka,
ketentuan-ketentuan
yang sudah diwajibkan oleh Muhammad konsekuensinya tidak
memuaskan. Mereka menganggap bahwa mereka berhak melepaskan
diri dari segala kewajiban itu. Hal ini mereka nyatakan
terus teiang
kepada Abu Bakr, seperti soal zakat, sebab dalam hati mereka
kecintaan
kepada harta jauh lebih kuat daripada apa pun yang lain.
Mereka
akan tetap dalam Islam asal saja dibebaskan dari kewajiban
salat dan kewajiban-
kewajiban lain yang ditentukan oleh Islam. Mereka mengikuti
Tulaihah, mengikuti Musailimah dan yang lain, tak lain
karena ingin
meninggalkan segala yang diwajibkan Islam kepada mereka.
Kalau mereka
tetap bertahan sesudah Tulaihah lari dan ingin menghadapi
Khalid, soalnya
karena mereka masih mengharapkan kemenangan yang akan
membuat
Abu Bakr nanti mau berkompromi dengan mereka untuk
melepaskan
beberapa kewajiban itu. Dengan demikian segala yang mereka
harapkan
dulu dengan mengikuti ajakan Tulaihah tercapai.
Di samping itu masih ada sebab lain yang erat sekali
hubungannya
dengan kejiwaan atau sikap mental orang-orang badui dan
orang-orang
Arab pedalaman dan sebangsanya itu, sehingga kendati
Tulaihah sudah
lari mereka tidak membubarkan diri. Sejak masa Rasulullah
dulu sudah
ada keretakan lama antara mereka dengan kaum Muhajirin dan
Ansar
yang seolah sudah terlupakan. Setelah mereka dikalahkan dan
tunduk
kepada kekuasaan Rasulullah, pura-pura mereka menerima
dengan senang
hati. Tetapi seperti umumnya orang yang sudah kalah, mereka
menerima
terpaksa. Begitu dilihat ada kesempatan untuk membalas,
kesempatan
demikian tidak akan mereka sia-siakan. Kesempatan ini
mengingatkan
mereka pada peristiwa perang Ahzab dan perang Khandaq dulu.
Ketika
itu Medinah sudah hampir kemasukan pihak Ahzab kalau tidak
tiba-tiba
datang angin badai yang menerjang keras sekali menyebabkan
mereka
lari ketakutan. Sekali ini mereka mendapat kesempatan untuk
membalas dendam
dengan jalan terus gigih menghadapi Khalid, kalau-kalau
mereka mendapat
nasib lebih baik daripada masa Muhammad dulu, dan
kalau-kalau
kebebasan pribadi yang menjadi kedambaan orang-orang
pedalaman itu
dapat mereka peroleh kembali setelah dengan itu mereka
merasa
kehilangan gengsi. Sekiranya gerakan semua kabilah itu
didorong oleh emosi sebagai
orang-orang badui itu, niscaya kedudukan Khalid dan
sahabat-sahabatnya
akan terbentur juga. Tetapi kita sudah melihat bagaimana
kabilah
Tayyi' dulu ikut bergabung kepada Tulaihah, kemudian setelah
diajak
bicara oleh Adi bin Hatim mereka kembali kepada Islam, dan
bergabung
dengan Khalid, bersama-sama dalam satu barisan. Kemudian
sempat
mengganggu Tulaihah sehingga menimbulkan ketakutan dan
berakhir
dengan kehancurannya. Peristiwa serupa kemudian terjadi juga
setelah
Tulaihah hancur dan disusul oleh Uyainah bin Hisn dari Banu
Fazarah.
Setelah itu Banu Amir, mereka mau murtad masih maju mundur,
menunggu
apa yang akan terjadi dengan kabilah Qais dan Banu Asad.
Setelah oleh Khalid mereka dihancurkan dan mengalami nasib
buruk,
Banu Amir itu berkata: "Kami masuk ke tempat kami tadi
keluar."
Khalid kemudian membaiat mereka seperti yang sudah dilakukan
Banu Asad, Gatafan dan Tayyi' sebelumnya di Buzakhah.
Kembalinya
mereka kepada Islam itu besar pengaruhnya terhadap
kabilah-kabilah
lain, sama seperti ketika Tayyi' kembali kepada Islam
berpengaruh juga
kepada Tulaihah dan mereka yang bergabung kepadanya.
Sikap keras Khalid terhadap para pembunuh Muslimin
Khalid telah mengambil sikap keras terhadap berbagai kabilah
yang
telah membunuh Muslimin, dan sikap ini telah menimbulkan
rasa gentar
dalam hati mereka. Ketika mengadakan perdamaian dengan pihak
Gatafan,
Hawazin, Sulaim dan Tayyi', ia tak mau menerima mereka
sebelum
orang-orang yang melakukan pembunuhan dan penganiayaan
terhadap kaum Muslimin yang hidup di tengah-tengah mereka
selama
mereka masih murtad itu, dibawa serta. Setelah .mereka
dibawa, para
pengikut itu dimaafkan, tetapi pemimpin-pemimpinnya, di
antaranya
Qurrah bin Hubairah, diikat. Orang-orang yang telah
memperlakukan
kaum Muslimin secara kejam dijatuhi hukuman berat dengan
membakar
mereka lalu disungkurkan dari atas gunung ke dalam jurang,
kemudian
ditindih dengan batu, untuk dijadikan contoh bagi yang lain.
Kecuali
Qurrah bin Hubairah dan Uyainah bin Hisn dikirim kepada Abu
Bakr
sebagai tawanan bersama-sama dengan tawanan-tawanan lain,
disertai
sepucuk surat yang menyebutkan: "Banu Amir telah datang
sesudah
tadinya menentang dan sudah kembali kepada Islam setelah
maju mundur.
Tak seorang pun dari mereka yang sudah memerangi atau
mengajak
damai yang saya terima sebelum mereka yang memusuhi Muslimin
dibawa. Mereka sudah saya bunuh, dan saya kirimkan Qurrah
dan kawankawannya
kepada Anda."
Abu Bakr membenarkan tindakan Khalid
Abu Bakr tidak merasa kasihan terhadap mereka yang sudah
dibunuh
oleh Khalid. Bahkan ia melihat mereka sebagai musuh-musuh
Allah
dan Rasul-Nya dan musuh agama. Ia menulis kepada Khalid:
"Semoga
Allah memberikan karunia yang lebih banyak kepadamu.
Bertakwa dan
takutlah kepada Allah dalam segala hal. Allah bersama mereka
yang
bertakwa dan mereka yang berbuat baik. Dalam urusan Allah,
bersungguh-
sungguhlah dan jangan memberi hati kepada mereka. Orangorang
yang telah membunuhi Muslimin jangan ada yang lolos dari
hukuman
mati dan hukuman berat secara terbuka. Dan barang siapa
kaudapati
menentang ketentuan Allah atau merintanginya yang kaupandang
lebih
baik dibunuh, bunuhlah." Itulah surat Abu Bakr, orang
yang begitu lembut
hati, begitu halus perangainya, kecuali bila sudah melihat
hal-hal yang
menimbulkan kemarahan Allah dan Rasul-Nya.
Setelah Khalid menerima surat itu, ia meneruskan tindakan
kekerasannya
yang sudah dimulainya itu. Ia tinggal di Buzakhah selama
sebulan sambil terus berusaha mencari orang-orang yang
memusuhi Islam
dan kaum Muslimin. Di antara mereka ada yang dibakar, ada
yang
dilemparkan dari puncak-puncak gunung dan ada yang dirajam
dengan
batu.
Abu Bakr melindungi para tawanan yang dibawa ke Medinah
Tetapi dalam memperlakukan tawanan yang dibawa ke Medinah
itu
Abu Bakr tidak sekeras Khalid dalam menjalankan
kebijakannya. Kita
sudah melihat Uyainah bin Hisn serta dukungannya kepada
Tulaihah
dan tindakannya membunuhi kaum Muslimin, lalu bersama-sama
dengan
Qurrah dan tawanan yang lain dibawa ke Medinah dengan tangan
diikat
ke leher. Ketika itu anak-anak Medinah menjolokkan batang
daun kurma
sambil berkata kepadanya: Hai musuh Tuhan, kau jadi kafir
sesudah
beriman! Lalu dijawab: Sebenamya aku tak pernah beriman
kepada Allah.
Sungguhpun begitu oleh Abu Bakr ia diselamatkan dari hukuman
mati.
Abu Bakr memperlakukannya demikian untuk menghindari
bahayanya
dan bahaya Banu Fazarah yang akan melakukan segala kejahatan.
Kisah tentang Qurrah bin Hubairah dan Alqamah bin Ulasah
Sekembalinya dari Oman menuju Medinah, Amr bin As pernah
singgah kepada Qurrah bin Hubairah pemimpin Banu Amir.
Dilihatnya
Qurrah dan anak buahnya sedang maju mundur akan murtad.
Ketika Amr
akan meneruskan perjalanan Qurrah berbicara empat mata
kepadanya:
He, orang-orang Arab pinggiran itu tidak senang kepada kamu
sekalian
karena upeti itu. Kalau kalian dapat membebaskan mereka dari
pengambilan
harta mereka, mereka akan setia dan patuh kepada kalian.
Kalau tidak, tak ada jalan lain mereka sepakat akan melawan
kalian.
Tetapi Amr menjawab: Kau sudah berbalik jadi kafir, Qurrah?!
Kau
mengancam dan menakut-nakuti kami dengan mereka itu? Ketika
oleh
Khalid Qurrah dikirim ke Medinah sebagai tawanan dan
dihadapkan kepada
Abu Bakr, ia berkata: Khalifah Rasulullah, saya seorang
Muslim,
dan keislaman saya itu sudah disaksikan oleh Amr bin As.
Ketika singgah
ke tempat saya, saya terima dia, saya hormati dan saya
lindungi dia.
Abu Bakr memanggil Amr bin As dan menanyakan tentang Qurrah
serta apa yang dikatakannya itu. Oleh Amr diceritakan.
Setelah menyinggung
soal zakat dan apa yang dikatakannya, Qurrah menyela sambil
mengatakan: Cukup! Tetapi Amr berkata: Tidak, akan saya
ceritakan
semua yang kaukatakan. Selesai Amr menceritakan, Abu Bakr
tersenyum
dan Qurrah diselamatkan dari hukuman mati.
Politik Abu Bakr memberi maaf itu bukan berarti suatu
kelonggaran
atau ragu dari pihaknya, tetapi dimaksudkan untuk meredam
segala
gejolak; tujuan untuk kebaikan Islam dan Muslimin. Di luar
itu Abu
Bakr tidak mengenal sikap lemah jika sudah menyangkut soal
risalah
Muhammad. Ketika itu Alqamah bin Ulasah dari Banu Kalb masuk
Islam
kemudian murtad pada masa Rasulullah, kemudian ia bergabung
dengan Syam. Setelah Muhammad wafat, ia datang cepat-cepat
dan
bermarkas di Banu Kalb. Bila beritanya itu sampai kepada Abu
Bakr, ia
mengutus Qa'qa' bin Amr dengan perintah berangkat untuk
menyerangnya,
kalau-kalau ia dapat membawahya atau membunuhnya, dengan
pesan: Ingat bahwa hati akan terobati bila sudah
dituntaskan, dan berbuatlah
dengan caramu sendiri.
Qa'qa' berangkat dengan anak buahnya. Tetapi tidak berhasil
menemui
orang itu, karena ia sudah lari. Istri, anak-anaknya serta
mereka
yang tinggal di tempat itu semua kembali kepada Islam, dan
mereka
tidak mau membantu Alqamah. Bagaimanapun juga, Alqamah
kemudian
menemui Abu Bakr dan bertobat. Oleh Abu Bakr ia dilindungi
dan
dibebaskan dari hukuman mati, sebab dia tidak memerangi dan
tidak
melakukan pembunuhan terhadap kaum Muslimin.
Tetapi Abu Bakr tidak mau melindungi Fuja'ah Iyas bin Abd
Yalail.
Orang ini sudah datang menemui Abu Bakr dan berkata:
"Berilah aku senjata dan tugaskan menghadapi siapa saja
dari kaum
murtad." Ia diberi senjata dan diberi tugas seperti
yang sudah ditentukan oleh
Abu Bakr. Tetapi senjata itu oleh Fuja'ah digunakan untuk
menyerang
kabilah-kabilah Sulaim, Amir dan Hawazin, baik yang Muslim
maupun
yang murtad, dan tidak sedikit dari kalangan Muslimin yang
dibunuhnya.
Melihat yang demikian Abu Bakr mengirim Turaifah bin Hajiz
dalam satu pasukan untuk menyerang Fuja'ah dan
kawan-kawannya,
yang kemudian berhasil menangkap dan membawanya sebagai
tawanan.
Abu Bakr memerintahkan memasang api di Baqi' dengan kayu
yang
sebanyak-banyaknya. Orang itu kemudian dilemparkan ke
dalamnya
dan ia mati terbakar. Sekiranya Fuja'ah tidak sampai
membunuhi Muslimin,
niscaya ia tidak akan mengalami kematian yang begitu kejam,
dan karena kejamnya itu pula Abu Bakr kemudian hari merasa
menyesal:
sekiranya yang demikian itu tidak terjadi.
Sebelum menyudahi bagian ini dengan peristiwa Umm Ziml, kita
ingin membawa kisah Abu Syajrah bin Abdul Uzza, yang
peristiwanya
hampir sama dengan kejadian pada Uyainah, Qurrah dan Alqamah
di
atas. Abu Syajrah ini anak Khansa', penyair perempuan yang
cukup
terkenal karena sajak-sajak eleginya atau ratapannya
terhadap kematian
saudaranya, Sakhr. Orang ini juga seorang penyair dan
menggabungkan
diri dengan kaum murtad. Dengan sajak-sajaknya ia
mengerahkan mereka
untuk memerangi Muslimin. Di antaranya ia mengatakan:
"Kutujukan tombakku kepada pasukan Khalid, sesudah itu
aku
berharap masih akan panjang umur."
Setelah usahanya hendak mengerahkan orang melawan Khalid tak
berhasil dan melihat orang justru kembali kepada Islam, dia
pun akhirnya
kembali juga kepada Islam. Ia diterima oleh Abu Bakr dan
dimaafkan
bersama dengan yang lain. Pada masa Umar menjadi Khalifah,
Abu
Syajrah mendatanginya ketika Umar sedang membagi-bagikan
sedekah
kepada fakir miskin. Dia berkata kepada Umar:
"Amirulmukminin, saya
termasuk orang miskin." Siapa kau? tanya Umar. Setelah
memperkenalkan
diri, Umar berkata: Hai kau musuh Tuhan! Kau yang berkata
hendak membidikkan tombakmu kepada Khalid dan kau masih
ingin
panjang umur? Kepala orang itu oleh Umar dilecut dengan
cambuk, yang
kemudian ia lari menuju untanya dan kembali kepada
kabilahnya Banu Sulaim.
Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada Umm Ziml
Berita-berita sudah tersiar luas tentang Abu Bakr yang
memaafkan
orang yang kembali kepada Islam setelah murtad itu.
Kabilah-kabilah yang
tadinya begitu keras membela Tulaihah sudah makin reda,
kemudian
mereka kembali kepada Islam setelah dikalahkan oleh Khalid.
Tetapi
sisa-sisa pasukan dari Gatafan, Tayyi', Sulaim dan Hawazin,
mereka
bergabung dengan Umm Ziml Salma bint Malik dan mengikat
suatu
perjanjian akan bersama-sama mengadakan perlawanan sampai
mati
dalam menghadapi Khalid. Sudah tentu dendam lama yang ada
pada
sisa-sisa kabilah itu terhadap Muslimin — yang setelah
kekalahan mereka
serta pengampunan yang telah diberikan oleh Abu Bakr tidak
juga dapat
meredakan — itulah yang mendorong orang yang putus asa
bergabung
dan membuat perjanjian mengadakan perlawanan. Kalau bukan
karena
dendam yang menggerogoti jantung mereka, apa pula gerangan
yang
membuat mereka bertahan setelah Tulaihah lari dan
kebohongannya terbongkar?
Umm Ziml ini memang mengidap luka dendam kepada Muslimin
yang tak kunjung sembuh kendati sudah berlalu beberapa tahun
silam.
Wajar saja bila sisa-sisa itu kemudian bergabung dengan Umm
Ziml dan
dendam bersama itulah yang kemudian dijadikan panji dan
benderanya.
Siapa Umm Ziml
Umm Ziml ini anak perempuan Umm Qirfah yang terbimuh pada
masa Nabi dengan mengerikan sekali. Zaid bin Harisah ketika
itu sedang
berhadapan dengan Banu Fazarah di Wadi Qurrah. Banyak anak
buahnya
yang mengalami luka dan Zaid sendiri luka berat dan dibawa
langsung
ke Medinah. Setelah sembuh oleh Rasulullah ia dikirim
kembali kepada
Banu Fazarah memimpin suatu pasukan. Banyak yang terbunuh,
lukaluka
dan tertawan dari pihak lawan. Umm Qirfah Fatimah bint Badr
ini
termasuk di antara yang ditawan. Dalam pertempuran pertama,
dialah
yang menyebabkan Zaid mengalami luka berat itu. Setelah
perempuan
itu tertangkap diperintahkan supaya dibunuh. Tetapi
pembunuhan itu
dilakukan secara kasar. Konon katanya kakinya diikatkan pada
unta
kemudian masing-masing unta dilepas ke arah yang berlawanan
sehingga
dia sobek. Anaknya, Umm Ziml ditawan yang oleh Aisyah
Ummulmukminin
kemudian dibebaskan dan lama ia tinggal bersama, kemudian ia
pulang kembali ke kabilahnya. Tetapi kematian ibunya tetap
terbayang
di matanya selama ia belum mendapat jalan untuk menuntut
balas. Setelah
terjadi Perang Riddah, ia juga menjadi murtad, dan dalam
mengadakan
balas dendam, untuk memuaskan hatinya, sisa-sisa kabilah
yang
masih berserakan ikut pula membantunya.
Di kalangan masyarakatnya Umm Qirfah ini cukup dihormati dan
mempunyai kedudukan yang kuat. Dia bibi Uyainah bin Hisn dan
istri
Malik bin Huzaifah; anak-anaknya menjadi kebanggaan Banu
Fazarah.
Kalau ia mau menjarah kabilah lain ia pergi dengan seekor
unta memelopori
kaumnya di depan. Setelah ia mati untanya di tangan Umm
Ziml.
Kedudukan anaknya di tengah-tengah kaumnya itu juga sama
dengan
kedudukan ibunya. Sesudah sisa-sisa kabilah yang pernah
memerangi
Abu Bakr dan Khalid itu bergabung dengan dia, ia berangkat
dengan
mengerahkan dan membakar semangat mereka untuk bersama-sama
memerangi Khalid, termasuk ke dalamnya orang-orang
gelandangan,
sehingga mereka merupakan sebuah kelompok besar dan kuat.
Melihat
keadaan ini, Khalid yang memang mengintai kaum pembangkang
sambil
mengumpulkan zakat dan berusaha menenteramkan keadaan itu,
sekarang
harus berangkat menghadapi mereka.
Khalid memerangi Umm Ziml
Pertempuran sengit sekarang terjadi antara kedua pihak. Umm
Ziml
di atas untanya membakar semangat para pengikutnya agar
terus bertempur,
dan mereka pun menerjang maju tak peduli lagi, sehingga ada
beberapa rumah mereka yang hancur samasekali. Khalid melihat
keberanian
dan kekukuhan perempuan ini memang luar biasa dengan terus
memeranginya mati-matian, sehingga ia menyediakan seratus
ekor unta
bagi siapa yang dapat menusuk untanya. Pasukan berkuda
Muslimin maju
ke arah perempuan itu. Tetapi ternyata ia dikelilingi oleh
orang-orang
yang kuat-kuat yang sudah bersedia mati untuk melindunginya.
Sementara
itu sudah ada seratus orang yang mati di sekitar untanya itu
sebelum
pasukan berkuda Muslimin mencapai tempat tersebut. Setelah
kemudian mereka sampai ke tempat itu, untanya berhasil
dilumpuhkan
dan perempuan itu terbunuh. Dengan demikian kekacauan segera
dapat
diatasi. Memang banyak orang yang terpesona melihat kekuatan
dan
keberaniannya serta upayanya mengerahkan orang.
Begitu sisa-sisa kabilah itu melihat unta Umm Ziml
dilumpuhkan
dan perempuan itu terbunuh, mereka patah semangat dan segera
ceraiberai,
dan tanpa melihat kanan-kiri lagi mereka lari lintang
pukang.
Dengan demikian api fitnah itu dapat dipadamkan dan
pembangkangan
kaum murtad di timur laut Semenanjung dapat dilumpuhkan. Apa
pula
yang akan mereka tunggu sekarang sesudah pemimpin-pemimpin
mereka
sudah habis semua berantakan!
Kaum murtad setelah hancurnya Tulaihah dan pengikut-pengikutnya
Belum cukupkah teladan yang diperlihatkan oleh Abu Bakr buat
orang-orang Arab di seluruh Semenanjung itu untuk kembali
kepada Islam?
Mereka sudah melihat sendiri pasukannya menuju ke arah
mereka
dari segenap penjuru, dan setiap brigade akan berangkat ke
mana saja
diperintahkan oleh Khalifah Rasulullah. Mereka sudah
mendengar beritaberita
tentang Khalid bin Walid dan sudah tahu pula nasib Tulaihah.
Sungguhpun begitu, mereka masih belum mau tunduk juga. Yang
mereka
lihat hanya kabilah Kuraisy yang mengibarkan benderanya dan
menguasai
orang-orang Arab itu. Kenapa tidak pada setiap kabilah ada
seorang nabi yang.dapat menolak Kuraisy, kalaupun tidak akan
mengibarkan
benderanya di semua kabilah?!
Kabilah-kabilah itu sudah lupa, juga mereka yang mendakwakan
diri
nabi lupa, bahwa Muhammad yang dari Kuraisy itu mengajak
mereka
kepada agama Allah, bukan menginginkan kekuasaan, tidak
mengharapkan
balasan dan terima kasih sekalipun. Ia melaksanakan tugasnya
atas
perintah Allah, dan selama sepuluh tahun ia sudah berjuang
habishabisan.
Kerabatnya sendiri pun telah menyakitinya, Mekah seluruhnya
memusuhinya, nyawanya dan nyawa orang-orang yang menjadi
pengikutnya
dalam bahaya selalu. Lawan-lawannya berkomplot hendak
membunuhnya
dan kaumnya sendiri mengusirnya dari kampung halaman.
Dia pergi hijrah ke Medinah, sampai kelak Allah menghendaki
agama-
Nya tersebar ke segenap kawasan itu, para utusan datang
kepada Nabi
dari segenap penjuru menyatakan masuk Islam.
Mereka yang mendakwakan diri nabi lupa akan semua ini. Yang
terbayang oleh mereka, bahwa Muhammad telah mencapai
tujuannya
dengan mudah. Juga mereka lupa, bahwa Muhammad mencapai itu
dengan mengajak orang kepada kebenaran, sedang mereka
mendakwakan
diri nabi dengan jalan kepalsuan dan kebohongan. Oleh karena
itu
Abu Bakr tidak cukup hanya membersihkan Semenanjung bagian
utara
dari noda murtad, supaya mereka kembali kepada kesadaran.
Tetapi
penduduk selatan lalu menyombongkan diri dengan melakukan
perbuatan
dosa, mempertahankan permusuhan lama antara mereka dengan
pihak
Hijaz. Kenangan mereka pada peperangan-peperangan yang dulu
juga,
yang pernah dimenangkan oleh nenek moyang. Tetapi bila
mereka masih
tetap keras kepala mau bertahan dengan kemurtadannya, maka
tak ada
jalan lain harus dikembalikan kepada Islam, atau dengan
mempertahankan
cara hidup mereka itu, mereka akan hidup hina.
Kalau begitu, berarti Khalid harus pindah dari Buzakhah ke
Butah,
dan setelah itu pindah lagi ke Yamamah. Sudah menjadi
suratan takdir
juga bahwa pedang Khalid-lah yang harus mengembalikan kaum
murtad
itu kepada kebenaran. Dan apa yang sudah ditakdirkan, pasti
terjadi
juga.
Banu Tamim dan perkampungannya
Letak
perkampungan Banu Tamim berdekatan dengan Banu Amir ke
arah selatan, berseberangan dengan Medinah dari arah timur
yang
membentang ke arah Teluk Persia, dan di bagian timur laut
bersambung
dengan muara sungai Furat (Euphrate). Pada zaman jahiliah
dan pada
masa Nabi, Banu Tamim ini menduduki tempat terhormat, karena
keberanian
dan kemurahan hatinya yang sudah menjadi ciri khasnya serta
keunggulan kaum lelakinya sebagai pahlawan dan penyair.
Sejarah sudah
mencatat peristiwa-peristiwa penting yang diperankan oleh
cabang-cabang
kabilah ini, seperti Banu Hanzalah, Darim, Banu Malik dan
Banu Yarbu',
yang selanjutnya dapat dibaca dalam buku-buku sastra dan
biografi yang
ditulis oleh para sejarawan terkemuka.
Keberatan menunaikan zakat pada masa Nabi
Hubungan para kabilah itu dengan muara Furat dan Teluk
Persia
menyebabkan saling berpindahnya penduduk Semenanjung dengan
penduduk
Irak, dan yang menyebabkan juga adanya hubungan mereka
dengan
Persia. Sebagai akibatnya, banyak di antara mereka yang
kemudian menganut
agama Nasrani meskipun sebagian besar masih tetap menyembah
berhala. Setelah Islam tersebar di kalangan mereka, mereka
tetap berpegang
pada kebebasan mereka sendiri — hati belum senang
menerimanya.
Oleh karena itu mereka merupakan kabilah yang memelopori
penolakan membayar zakat tatkala Rasulullah mengutus para
pemungut
zakat ke tempat itu. Banu Anbar dari cabang kabilah Tamim
cepatcepat
mengambil panah dan pedang ketika didatangi oleh pengumpul
zakat 'usyr. Setelah Uyainah bin Hisn berangkat atas perintah Nabi. Di
antara
mereka itu ada yang dibunuh dan ditawan. Sebuah delegasi
yang terdiri
Sisa-sisa pasukan yang bergabung kepada Umm Ziml
Tidak ada komentar:
Posting Komentar